"Ada dua program produk fasilitas yang akan dibangun dari DP live vaccine dan non-live vaccine. Pembangunan fasilitas untuk DP live vaccine akan membutuhkan dana sebesar Rp 876 miliar, sedangkan untuk non-live vaccine serupa dengan DP live vaccine akan diperlukan dana sebesar Rp 650 miliar. Selain itu, dana sebesar Rp 426 miliar akan dialokasikan untuk produksi drug substance live vaccine. Terakhir, fasilitas pendukung seperti gudang, utilitas kualitas kontrol, dan administrasi akan memerlukan anggaran sebesar Rp 260 miliar," ungkap Shadiq.
Permohonan PMN sebesar Rp 2,21 triliun ini diharapkan dapat mendukung upaya Biofarma dalam meningkatkan kapasitas produksi vaksin di Indonesia. Dengan dukungan dana tersebut, Biofarma berharap dapat memperkuat kemandiriannya dalam memproduksi vaksin dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun potensial untuk ekspor ke luar negeri, sehingga dapat ikut berkontribusi dalam upaya global untuk mengatasi pandemi virus.
Sebagai informasi tambahan, pada tahun 2023, upaya Biofarma dalam memproduksi vaksin COVID-19 telah mendapat pengakuan internasional setelah berhasil memproduksi vaksin BUMN pertama di Indonesia yang telah mendapatkan izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Keberhasilan tersebut diharapkan dapat menjadi modal baik untuk mendukung permohonan PMN sebesar Rp 2,21 triliun ini, sebagai bagian dari langkah strategis dalam mendukung ketahanan kesehatan nasional.