Dalam wawancaranya, Jiemi mengungkapkan pentingnya menyadari bahwa luka emosional yang mungkin dirasakan oleh anak tidak selalu sepenuhnya disebabkan oleh kesalahan orang tua. Terkadang, pertemuan dua budaya yang berbeda tanpa disadari telah menjebak mereka dalam cara pandang dan pengertian yang berbeda. Ini menunjukkan bahwa pemulihan dari trauma tersebut memerlukan usaha dan keinginan untuk saling mengerti antara generasi yang berbeda.
Hal tersebut menciptakan sebuah peluang bagi kedua belah pihak untuk belajar dari satu sama lain dan mengambil pelajaran yang bisa membawa hubungan keluarga menjadi lebih sehat dan berfungsi. Melalui dialog yang terbuka dan empatik, harapannya adalah tidak hanya trauma yang teratasi, tetapi juga hubungan antara orang tua dan anak yang semakin kuat dan saling mendukung.