Di situlah hendaknya kita menjaga diri agar event itu tetap berjalan aman (baca: tidak ada makian ketika ada kendaraan yang mungkin menyalip, tidak ada klakson panjang jika ternyata ada kendaraaan yang telat maju setelah lampu hijau menyala, dll). Semua orang ingin sampai pada tujuannya di pagi itu, ingin sampai secepat mereka bisa, karena ada batas waktu yang disebut tepat waktu.
Beberapa hari sebelumnya, aku menggunakan angkot ketika pergi bekerja. Ternyata ada hal yang tidak kujumpai ketika aku menggunakan ojek. Di angkot ini, aku bisa duduk dengan lebih hangat (karena menggunakan ojek kita harus siap dengan angin dingin jalanan) dan juga mendapati obrolan-obrolan yang bervariasi. Ada obrolan tentang wawasan keilmuan, tentang dinamika anak remaja masa kini, dll. Wawasan keilmuan kudapati ketika ada bapak berjaket yang menceritakan mengapa jalanan Bandung pagi itu macet. Ternyata ada lomba maraton yang cukup besar. Maratonnya sejauh 42 km. Ia juga menjelaskan bahwa lari itu sangat penting untuk tubuh, makanya ia menjadi induk semua olah raga. Obrolan selanjutnya adalah obrolan sekelompok anak putri SMU yang membicarakan teman mereka dan betapa mereka merasa ‘aneh’ jika bejalan sendirian di sekolah. Di situ aku jadi bertanya sendiri, dan seakan ingatan diajak untuk kembali ke masa-masa SMU.