Tak heran jika remaja yang terbiasa mengonsumsi konten pornografi memiliki kecenderungan perilaku agresif dan pelanggaran aturan. Mereka juga lebih mungkin memiliki pandangan tidak realistis tentang hubungan seksual, dan melakukan eksplorasi seksual lebih dini.
Efek Jangka Panjang: Desensitisasi dan Penurunan Fungsi Otak
Penelitian pemindaian otak pada pengguna pornografi pria mengungkap bahwa konsumsi pornografi dalam jangka panjang dapat mengurangi volume materi abu-abu di otak, khususnya di sistem penghargaan. Ini adalah bagian otak yang mengatur motivasi dan keinginan.
Seiring waktu, pengguna membutuhkan konten yang lebih ekstrem untuk mendapatkan "kepuasan" yang sama seperti sebelumnya—mirip dengan toleransi pada pecandu narkoba. Koneksi antara korteks prefrontal dan sistem penghargaan juga menurun, menyebabkan impulsivitas meningkat dan kontrol diri melemah.
Efek ini juga menjelaskan mengapa sebagian orang yang awalnya merasa jijik terhadap konten porno, kemudian justru menjadi pencari konten ekstrem—karena sistem otaknya telah mengalami perubahan yang signifikan.
Dampak pada Hubungan Romantis: Kepuasan Menurun, Emosi Tumpul
Meski ada studi yang menyebutkan bahwa pornografi bisa membantu eksplorasi seksual dalam hubungan, lebih banyak penelitian justru menemukan efek sebaliknya.
Kebiasaan menonton film porno terbukti berhubungan dengan:
-
Menurunnya kepuasan emosional dan seksual dalam hubungan
-
Komitmen yang lebih rendah terhadap pasangan
-
Tingkat perselingkuhan yang lebih tinggi
-
Meningkatnya jarak emosional
-
Hilangnya kepercayaan antar pasangan
Survei tahun 2011 menunjukkan bahwa banyak wanita lebih memilih menonton pornografi dibanding berhubungan dengan pasangannya, sementara pria justru mengaku kehilangan gairah seksual.
Bahkan, survei tahun 2021 menyebut bahwa lebih dari 20% pria muda aktif secara seksual mengalami disfungsi ereksi dalam sebulan terakhir sebelum survei dilakukan. Dan ya, hal ini terkait dengan penggunaan pornografi yang berlebihan.