Tampang.com | Mendaki Gunung Pangradinan Cikancung adalah pengalaman yang tidak hanya menawarkan tantangan fisik tetapi juga suguhan alam yang luar biasa. Padang sabana luas yang membentang di puncaknya memberikan pemandangan indah ke arah Cekungan Bandung dan gunung-gunung di sekitarnya.
Menelusuri Asal-Usul Cinangka dan Keunikan Cikancung
Cinangka, yang terletak di timur Bandung Raya, memiliki kisah asal-usul yang menarik. Nama ini konon berasal dari banyaknya pohon nangka yang tumbuh di sekitar aliran sungai. Ada juga cerita yang menyebutkan bahwa Cinangka adalah gabungan dari nama tiga wilayah pada zaman dahulu, yakni Cikancung, Nagreg, dan Cicalengka. Kini, Cinangka menjadi bagian dari Desa Cikancung, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung.
Jika dibandingkan dengan Nagreg dan Cicalengka, nama Cikancung mungkin masih terdengar asing bagi banyak orang. Padahal, kawasan ini memiliki potensi alam yang luar biasa, termasuk keberadaan Gunung Pangradinan yang eksotis.
Akses dan Lokasi
Gunung Pangradinan terletak di perbatasan Kampung Gorowek, Desa Mekarlaksana, dan Kampung Cikancung Girang, Desa Cikancung, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung. Lokasinya sekitar 29 kilometer dari pusat Kota Bandung jika ditarik dalam garis lurus.
Ada beberapa jalur yang bisa ditempuh untuk mencapai Gunung Pangradinan dari Bandung, antara lain:
-
Melalui Cileunyi – Rancaekek – Majalaya
-
Lewat Gedebage – Derwati-Ciwastra – Sapan
-
Via Jalan Laswi Baleendah – Majalaya
Ketiga jalur tersebut bertemu di daerah Ciluluk, yang kemudian dilanjutkan menuju kaki Gunung Pangradinan di Kampung Gorowek. Patokan utama adalah lapangan sepakbola Padaringan. Jika bingung, pencarian di Google Maps dengan kata kunci "Gunung Pangradinan" bisa menjadi solusi praktis.
Gunung ini memiliki ketinggian sekitar 1.236 meter di atas permukaan laut (mdpl), berdasarkan peta RBI (Rupa Bumi Indonesia) edisi 2001. Namun, beberapa pendaki lebih suka menyebut ketinggiannya sebagai 1.234 mdpl.
Gunung Pangradinan juga menjadi sumber air bagi beberapa sungai di sekitarnya, seperti Ci Kalage, Ci Kopo, dan Ci Wirama. Peta lama dari tahun 1919 yang dicetak ulang oleh AMS pada tahun 1943 menunjukkan banyak sungai yang mengalir dari kawasan ini, termasuk Ci Kancung, Ci Nangka, Ci Hanyir, Ci Lebaksaat, dan lainnya.