Data yang dikeluarkan oleh BI juga menunjukkan pertumbuhan yang signifikan dalam penggunaan QRIS. Pada April 2024, transaksi QRIS tumbuh 175,44% secara tahunan, dengan jumlah pengguna mencapai 48,12 juta dan jumlah merchant 31,61 juta, yang sebagian besar adalah merchant UMKM. Selain itu, nilai transaksi uang elektronik (UE) juga meningkat 41,70% menjadi Rp253,39 triliun pada periode yang sama.
Dampak dari pertumbuhan penggunaan QRIS ini juga terlihat dari kebijakan beberapa toko, restoran, dan kafe di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Bali yang mulai tidak menerima pembayaran dengan uang tunai. Kebijakan ini diterapkan oleh sejumlah merchant ternama seperti Rejuve, Titik Temu Jenggala, Shilin, Ismaya Group, Donut & Drinks, Nagara Coffee, dan Animo Bakery. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat dan pengusaha di Indonesia semakin mengarah ke arus non-tunai.
Namun, disisi lain, masih ada individu yang menghadapi kendala dalam transisi ke pembayaran non-tunai. Imo Effendi, seorang make up artist, mengungkapkan bahwa meskipun dia mendukung gerakan cashless di Tanah Air, dia masih harus mengambil uang cash secara rutin karena pedagang kaki lima dan pasar tradisional yang dia kunjungi belum menerapkan pembayaran non-tunai. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada sebagian masyarakat yang belum sepenuhnya mengadopsi pembayaran nontunai.