Sulitnya Akses Pembiayaan
Selain itu, kenaikan suku bunga kredit yang dipicu oleh inflasi semakin menyulitkan UMKM untuk mendapatkan pembiayaan. Banyak pelaku usaha yang mengandalkan pinjaman untuk bertahan, namun sekarang bunga yang lebih tinggi membuat biaya operasional semakin besar.
“Dulu kami bisa pinjam modal dengan bunga 6%, sekarang sudah naik ke 8% bahkan 10%. Ini sangat memberatkan bagi usaha kecil yang baru bangkit setelah pandemi,” jelas Agus Prasetyo, seorang pengusaha katering di Yogyakarta.
Tantangan Pemerintah dalam Menyokong UMKM
Meski pemerintah telah meluncurkan berbagai program bantuan, seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR), realisasi bantuan sering kali terlambat, dan banyak pelaku UMKM kesulitan memenuhi syarat yang ditetapkan.
“Program pemerintah seperti KUR memang ada, tapi prosesnya lama dan banyak dokumen yang harus dipenuhi. Sementara kami butuh uang cepat untuk tetap bertahan,” ungkap Dwi.
Solusi: Adaptasi atau Menutup Usaha?
Menurut ekonom dari Universitas Indonesia, Dr. Fajar Alam, UMKM harus cepat beradaptasi dengan kondisi pasar yang berubah. Menggunakan teknologi digital untuk memasarkan produk dan mengoptimalkan efisiensi operasional bisa menjadi kunci bertahan.
“UMKM yang tidak mau beradaptasi dengan teknologi atau yang tidak punya keunggulan kompetitif, mungkin akan kesulitan. Namun, yang inovatif dan dapat memanfaatkan e-commerce, akan punya peluang lebih besar untuk bertahan,” jelas Dr. Fajar.