Tampang.com | Sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia tengah menghadapi tantangan berat di tengah meningkatnya inflasi. Biaya bahan baku yang semakin mahal, daya beli masyarakat yang tergerus, dan kenaikan suku bunga kredit membuat UMKM semakin terjepit. Bagaimana masa depan UMKM di tengah ketidakpastian ekonomi ini?
Inflasi Membebani UMKM
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa inflasi Indonesia pada awal 2025 mencapai 5,2%, angka tertinggi dalam lima tahun terakhir. Dampaknya sangat terasa bagi UMKM, yang sebagian besar mengandalkan bahan baku impor atau barang dengan harga yang sensitif terhadap inflasi.
“Sejak inflasi naik, bahan baku utama saya, seperti tepung dan minyak, harganya naik hampir 20%. Sementara itu, harga jual produk tetap karena daya beli konsumen turun,” ujar Dwi Susanto, pemilik usaha roti di Bandung.
Kenaikan Harga Bahan Baku dan Daya Beli Menurun
Salah satu masalah besar bagi UMKM adalah daya beli masyarakat yang menurun seiring dengan inflasi. Banyak konsumen kini lebih selektif dalam berbelanja, mengurangi pengeluaran untuk produk non-pokok.
"Pendapatan kami turun sekitar 30% dalam tiga bulan terakhir. Pembeli semakin jarang datang, apalagi untuk barang-barang premium atau produk jadi," kata Lili Setiawan, pemilik toko pakaian di Jakarta.