Beberapa perusahaan terkenal di Amerika Serikat menyatakan bahwa konsumen mereka mulai terjepit oleh inflasi seiring dengan terus meningkatnya harga-harga.
Inflasi telah mendominasi pembicaraan perusahaan-perusahaan di Amerika selama tiga tahun terakhir setelah kebijakan moneter yang longgar akibat pandemi dan triliunan dolar bantuan Covid. Meskipun laju pertumbuhan harga telah melambat sejak Federal Reserve mulai menaikkan suku bunga pada awal 2022, konsumen masih merasakan tekanan — dan seringkali menarik kembali pengeluaran — seiring dengan terus meningkatnya biaya.
Inflasi yang sulit diatasi telah menciptakan awan gelap dalam persepsi masyarakat Amerika terhadap kesehatan ekonomi. Keyakinan konsumen pada bulan April mencapai level terendah sejak pertengahan 2022 karena harga-harga tinggi tetap menjadi topik utama, menurut data yang dirilis oleh Conference Board.
Upah pekerja terus naik, seperti yang terbukti dari statistik biaya tenaga kerja kuartal pertama yang dirilis minggu ini. Namun, demikian pula dengan harga-harga yang dibayar oleh konsumen, yang menggerogoti pendapatan tambahan dari kenaikan gaji tersebut.
McDonald's, Walmart, dan perusahaan-perusahaan besar lainnya menyatakan keprihatinan mereka terhadap dampak inflasi terhadap konsumen berpendapatan rendah. Mereka melaporkan bahwa konsumen di daerah-daerah dengan pendapatan rendah lebih terdampak oleh lonjakan harga, menyebabkan penurunan daya beli dan ketidakpastian ekonomi di kalangan masyarakat.