Tampang

Kasus Bunuh Diri Satu Keluarga di Jakarta Utara, Dari Bisnis Kapal Yang Bangkrut, Tali Pengikat Tangan, Hingga Dugaan Keterlibatan Orang Lain

20 Mar 2024 04:47 wib. 1.634
0 0
Kasus Bunuh Diri Satu Keluarga di Jakarta Utara, Dari Bisnis Kapal Yang Bangkrut, Tali Pengikat Tangan, Hingga Dugaan Keterlibatan Orang Lain
Sumber foto: Google

Satu keluarga yang terdiri ayah, ibu dan dua anak meninggal dunia diduga bunuh diri dengan meloncat dari sebuah apartemen di Jakarta Utara. Dalam perkembangan terbaru, polisi akan melakukan pemeriksaan DNA untuk memastikan apakah ada orang lain yang terlibat. Mereka juga masih menyelidiki apakah kasus ini terkait dengan bangkrutnya bisnis keluarga itu akibat Covid-19.

Peringatan Artikel ini mengandung konten bunuh diri

Kriminolog Universitas Indonesia, Adrianus Meliala, menilai keluarga korban yang diduga bunuh diri dengan melompat dari sebuah apartemen di Penjaringan, Jakarta Utara, kurang mendapatkan bantuan dari masyarakat dan keluarga besar sehingga bunuh diri menjadi “pilihan terakhir”.

“Keluarga-keluarga ini terpaksa harus berdiri sendiri, tidak bisa lagi mengakses bantuan sosial. Kalau misalnya [minta tolong] tetangga tidak mungkin, negara juga tidak bisa,” katanya.

Kasus ini, menurut Adrianus, membuktikan bahwa masyarakat urban memerlukan intervensi dari warga sekitar ataupun keluarga besar. Berdasarkan penelitian bertajuk “Profil statistik bunuh diri pertama di Indonesia”, ditemukan bahwa Indonesia memiliki tingkat bunuh diri tidak tercatat tertinggi di dunia, yakni 859,10% untuk bunuh diri.

Dr. Sandersan Onie, salah satu peneliti dari riset tersebut, mengatakan masyarakat Indonesia – sebagai masyarakat komunal – seharusnya dapat memperhatikan tanda-tanda bunuh diri dalam diri seseorang atau sekelompok orang.

Namun, sifat masyarakat yang komunal itu justru membuat stigma negatif terhadap orang yang melakukan percobaan bunuh diri semakin kental dan membuat mereka semakin terisolasi.

  • Berikut fakta-fakta yang diketahui dalam kasus ini

Apakah bunuh diri atau dibunuh? Polisi akan lakukan tes DNA

Polisi berencana melakukan tes DNA dalam kasus kematian satu keluarga yang diduga bunuh diri dengan meloncat dari Gedung apartemen di Jakarta Utara. Ini dilakukan untuk memastikan apakah kasus ini merupakan bunuh diri atau pembunuhan yang melibatkan orang lain.

"Pertanyaan besarnya ‘kan apakah bunuh diri atau ada pihak lain [yang terlibat],” kata Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Gidion Arif Setyawan kepada wartawan, Senin (18/3).

Tim penyelidik berencana melakukan tes DNA pada tali yang diikatkan pada para korban. Lalu temuan itu akan dicocokkan dengan DNA empat orang korban serta orang lain.

"DNA yang di mana? DNA yang ada di tali ya yang ditemukan di TKP satu melekat pada korban dan satu masih satunya terlepas dari korban," jelasnya.

Sampai sejauh ini, polisi juga sedang mendalami alasan penggunaan tali untuk “saling mengikat satu sama lain” dalam aksi bunuh diri tersebut.

  • Misteri tali untuk mengikat tangan

Penyelidikan ini juga akan berupaya menguak apakah ada anggota keluarga yang menolak melakukan aksi bunuh diri. Sehingga diputuskan untuk mengikat tali satu sama lainnya, kata Gidion.

"Nah ini pertanyaan penyelidikan ya, siapa yang menentukan si ibu berpasangan dengan anak laki-laki, kemudian si bapak berpasangan dengan anak perempuan,” katanya.

“Pasti ada aktor ‘kan tapi apakah aktor ini [melibatkan] orang lain atau dari empat orang yang kemudian meninggal," tambah Gidion.

"Ada enggak campur tangan orang lain dalam melakukan persiapan terakhir itu," lanjutnya.

Sejauh ini polisi telah memeriksa 12 orang saksi dalam kasus ini. Mereka adalah keluarga korban dan orang-orang yang disebut berada di tempat kejadian.

  • Bisnis kapal ikan tapi bangkrut karena Covid-19

Walaupun belum tentu terkait langsung dengan motivasi di balik dugaan bunuh diri, polisi mengaku menemukan informasi bahwa keluarga tersebut sempat memiliki bisnis kapal ikan. Namun kemudian bangkrut akibat pandemi Covid-19.

Hal itu diungkap Kasat Reskrim Polres Jakarta Utara AKBP Hady Siagian kepada wartawan di Jakarta, Senin (18/03).

"Dulu yang bersangkutan punya kapal ikan," kata Hady, menambahkan, pihaknya belum mengetahui secara persis detil kepemilikannya.

Akibat Covid-19, usaha kapal ikan itu bangkrut. Dan sejak saat itulah, kondisi ekonomi mereka berantakan.

Tentang dugaan keluarga itu terlilit hutang dari pinjaman online, polisi belum bisa menjawabnya. Alasannya, telepon genggam milik salah-satu korban rusak, sehingga polisi kesulitan mencari data

Yang tersisa, demikian Hadi, hanya kartu SIM telepon seluler korban.

Demi kepentingan penyelidikan, polisi tidak mengungkap informasi yang ditemukan dalam kartu SIM korban.

" Kalau saya buka di sini nanti para pelaku ini jadi tahu," ujar Hady.

Tidak komunikasi dengan keluarga besar

Dari keterangan sejumlah saksi dari keluarga besarnya, polisi menyimpulkan keluarga tersebut “cenderung tertutup dengan keluarga besarnya”.

Mereka disebutkan “sudah lama tak berkomunikasi dengan keluarga besar”.

“Sudah ada dua tahun enggak komunikasi dengan keluarganya," tutur Gidion.

Polisi masih menelusuri motif dari kasus bunuh diri sekeluarga

Menurut keterangan polisi, keempat korban ditemukan tewas di depan lobby apartemen, pada pukul 16.15 WIB sore, Sabtu (9/03).

Seorang petugas keamanan sempat mendengar dentuman, seperti benda jatuh. Ia bergegas memeriksa, sebelum akhirnya menemukan jasad empat orang di depan pelataran parkiran sebuah apartemen di Penjaringan, Jakarta Utara.

"Ketika saksi sedang berjaga di depan lobby mendengar suara benturan yang keras, ketika menoleh ternyata terdapat empat mayat," kata Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Gidion Arif Setiawan, seperti dilaporkan detikcom.

<123>

#HOT

0 Komentar

Belum ada komentar di artikel ini, jadilah yang pertama untuk memberikan komentar.

BERITA TERKAIT

BACA BERITA LAINNYA

POLLING

Apakah Indonesia Menuju Indonesia Emas atau Cemas? Dengan program pendidikan rakyat seperti sekarang.