Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Gidion Arif Setiawan menambahkan empat jenazah itu dibawa ke RS Cipto Mangunkusumo sekitar pukul 19.05 WIB untuk dilakukan Visum Et Refertum (VER). Diketahui, tempat kejadian perkara (TKP) kini dibatasi dengan garis kuning polisi.
- Kriminolog: Hilangnya safety net bagi keluarga-keluarga rentan
Kriminolog Universitas Indonesia, Adrianus Meliala, mengatakan keluarga seharusnya dapat menjadi jaring pengaman atau safety net dalam pencegahan bunuh diri.
Sebab dahulu kala, sambungnya, masyarakat tidak segan untuk meminta tolong kepada keluarga besar saat menghadapi kesulitan hidup, baik secara finansial ataupun sosial. Namun, tren itu semakin berkurang dengan semakin berjaraknya anggota-anggota keluarga.
“Kalau dulu keluarga besar bisa membantu, tapi mungkin seiring berjalannya waktu, dan anaknya semakin dewasa dan mulai memiliki pemikiran lain. Kalaupun mau minta bantuan ke keluarga besar, sudah tidak ada gunanya lagi,” ujar Adrianus a.
Ia mengatakan seringkali dalam kasus bunuh diri sekeluarga, tak hanya orang tua yang menanggung beban, tetapi anak-anak juga. Karena tidak ada pilihan lain, mereka akhirnya memilih tewas sekeluarga.
Contohnya, kasus bunuh diri ibu dan anak, Grace Arijani Harapan (68) dan David Aryanto Wibowo (38), di kawasan Cinere, Kota Depok, pada September 2023 lalu.
Mereka menderita mati lemas (asfiksia) karena mengurung diri di ruang sempit. Rasa frustrasi dan depresi akibat masalah ekonomi setelah ditinggal sang kepala keluarga menjadi alasannya.
Kemudian, ada pula keluarga guru SD di Desa Saptorenggo, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang yang melakukan bunuh diri dengan meminum obat nyamuk karen terlilit utang pada Desember 2023.
“Semuanya sampai pada suatu keputusan untuk kemudian bunuh diri. Itu yang pertama. Yang kedua, selalu mungkin bahwa ada situasi relasi kuasa. Di mana orang tua mempengaruhi anaknya, memaksa anaknya secara halus," ujar Adrianus.
Oleh karena itu, ia menyarankan agar pemerintah – serta masyarakat – memfokuskan upaya pencegahan bunuh diri lewat pendekatan religius atau komunitas agar masyarakat yang merasa putus asa atau kehilangan harapan tidak memandang bunuh diri sebagai opsi.
- Pendekatan masyarakat Indonesia terhadap bunuh diri perlu diubah
Peneliti dari Black Dog Institute Australia dan Presiden Asosiasi Indonesia untuk Pencegahan Bunuh Diri, Dr. Sandersan Onie, mengatakan bahwa masyarakat Indonesia masih enggan untuk bercerita kepada orang-orang terdekat ketika timbul keinginan bunuh diri.
“Kita tidak bisa menyelesaikan masalah yang tidak ingin kita hadapi. Kita sudah melihat ada penyebaran geografis [provinsi dengan angka bunuh diri tertinggi],” ujar peneliti yang akrab disapa Sandy.
Ia mengatakan bahwa bunuh diri bersama yang dilakukan keluarga di Penjaringan, Jakarta Utara menunjukkan bahwa mereka sudah membuat perencanaan untuk mengakhiri hidup bersama. Namun, rencana itu sama sekali tidak diterka oleh orang-orang terdekat.
”Karena ini adalah empat orang. Empat orang yang memilih untuk mengakhiri hidup mereka. Dan kami harus menjadi lebih baik sebagai masyarakat yang diklaim komunal, untuk memperhatikan orang-orang yang menunjukkan tanda-tanda,” ujarnya.
Penelitiannya menghimpun data dari lima sumber dari tahun 2016 hingga 2021, yakni data kepolisian, data pencatatan kematian, data survei provinsi, sistem pencatatan sampel, dan data Observatorium Kesehatan Global WHO (WHO GHO).
Dengan data tersebut, Sandy dan timnya mampu memperkirakan angka bunuh diri yang tidak dilaporkan, mengidentifikasi provinsi dengan tingkat bunuh diri dan sarana percobaan bunuh diri tertinggi.
Provinsi dengan angka bunuh diri tertinggi adalah Bali, Kepulauan Riau, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Kalimantan Tengah.
Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa angka percobaan bunuh diri lebih dari 30 kali lebih besar dibandingkan angka bunuh diri yang berakhir kematian.
Sandy mengatakan bahwa pencegahan bunuh diri tidak hanya dapat dilakukan dari segi kesehatan mental, melainkan juga dari segi kesejahteraan sosial, layanan masyarakat dan penerimaan sosial.
Salah satu langkah pencegahan dapat berupa keberanian masyarakat untuk membahasnya serta pembaruan sistem data yang lebih akurat.
“Bunuh diri tidak mencerminkan kesehatan mental seseorang, namun mencerminkan kehidupan seseorang. Ini bukan hanya tentang apa yang ada di dalamnya, tapi juga tentang lingkungan dan segala sesuatu di sekitarnya,” ungkap Sandy.