Tampang

Filosofi "Nose-to-Tail" dalam Kuliner Tradisional: Menghargai Setiap Bagian dari Bahan Makanan

25 Mei 2025 00:55 wib. 61
0 0
nose to tail eating
Sumber foto: pinterest

Di tengah perdebatan global tentang keberlanjutan dan limbah makanan, ada sebuah kearifan kuno yang kembali relevan: filosofi "Nose-to-Tail". Ini adalah pendekatan dalam kuliner yang mengajarkan menghargai setiap bagian dari bahan makanan, terutama hewan, dari hidung hingga ekor. Jauh sebelum istilah "keberlanjutan" menjadi tren, tradisi ini telah dipraktikkan selama berabad-abad di berbagai budaya di seluruh dunia, mencerminkan kebijaksanaan, efisiensi, dan rasa hormat yang mendalam terhadap sumber daya alam.

Akar Sejarah: Tidak Ada yang Terbuang Sia-sia

Konsep "Nose-to-Tail" bukanlah inovasi modern, melainkan praktik kuno yang lahir dari kebutuhan. Ketika sumber daya terbatas dan makanan adalah anugerah yang berharga, para pendahulu kita secara alami berusaha memanfaatkan setiap bagian dari hewan yang mereka buru atau ternakkan. Tidak ada yang boleh terbuang sia-sia. Setiap organ, tulang, kulit, bahkan darah, memiliki potensi kuliner dan nutrisi yang dapat dimanfaatkan.

Tradisi ini dapat ditemukan di berbagai belahan dunia:

  • Eropa: Dari sosis darah (misalnya boudin noir Prancis atau morcilla Spanyol) hingga hidangan offal (jeroan) seperti hati, ginjal, atau otak yang diolah menjadi pâté atau terrine.
  • Asia: Di Tiongkok, berbagai bagian hewan seperti kaki ayam, usus, atau lidah adalah hidangan lezat. Di Filipina, dinuguan (semur darah babi) adalah hidangan populer. Di Korea, kaki babi (jokbal) dan sup tulang sapi (seolleongtang) adalah hidangan yang sangat digemari.
  • Amerika Latin: Menudo di Meksiko (sup babat sapi) atau feijoada di Brasil (semur kacang hitam dengan berbagai potongan daging babi) adalah contoh bagaimana bagian-bagian yang "kurang populer" diolah menjadi hidangan ikonik.
  • Afrika: Berbagai suku menggunakan setiap bagian hewan buruan atau ternak untuk memastikan tidak ada yang terbuang.
<123>

#HOT

0 Komentar

Belum ada komentar di artikel ini, jadilah yang pertama untuk memberikan komentar.

BERITA TERKAIT

BACA BERITA LAINNYA

POLLING

Dampak PPN 12% ke Rakyat, Positif atau Negatif?