Kisah-kisah Noh seringkali melibatkan roh, dewa, atau manusia yang terbebani oleh karma masa lalu, menjelajahi tema-tema seperti penebusan, penderitaan, dan pencerahan. Ini adalah teater yang membutuhkan kesabaran dan refleksi dari penonton untuk mengungkap lapisan-lapisan makna di dalamnya.
Kabuki: Dramatisme Visual dan Ledakan Emosi
Di sisi lain spektrum teater klasik Jepang, terdapat Kabuki, yang muncul pada awal abad ke-17. Kabuki adalah antitesis dari Noh dalam banyak hal: ia hidup, penuh warna, dan dramatis. Dibandingkan dengan kesederhanaan Noh, Kabuki adalah pesta visual dan auditif yang dirancang untuk menarik perhatian penonton secara langsung.
Ciri khas Kabuki meliputi:
- Riasan Wajah Mencolok (Kumadori): Aktor Kabuki menggunakan riasan yang sangat ekspresif dan bergaya (kumadori) untuk menonjolkan sifat karakter—merah untuk keberanian, biru untuk kejahatan, dll.
- Kostum Eksentrik: Kostum Kabuki sangat rumit, berwarna-warni, dan seringkali dirancang untuk memungkinkan perubahan cepat di atas panggung (hikinuki).
- Panggung dan Efek Khusus: Panggung Kabuki dilengkapi dengan berbagai mekanisme, seperti panggung putar (mawari-butai) dan jebakan (seriage/serisage), untuk menciptakan perubahan adegan yang dramatis dan efek ilusi yang memukau.
- Gerakan Berlebihan (Mie): Aktor Kabuki sering melakukan mie—pose statis yang berlebihan dan memukau—untuk menonjolkan emosi puncak atau momen penting dalam cerita.
- Musik dan Narasi (Nagauta dan Gidayu): Musik yang energik dan narator yang dramatis (chnin) membantu menceritakan kisah dengan cara yang langsung dan menarik.