Meski begitu, klaim Loeb tidak diterima begitu saja oleh komunitas ilmiah. Banyak ilmuwan menunjukkan skeptisisme terhadap interpretasinya, salah satunya adalah Marc Fries, seorang kurator debu kosmik dari NASA. Ia berpendapat bahwa butiran logam seperti itu sangat umum ditemukan di berbagai lokasi di Bumi. Menurutnya, spherules tersebut kemungkinan besar berasal dari proses yang sangat dikenal dan bukan bukti keberadaan teknologi alien.
“Material semacam ini bisa ditemukan dari sumber-sumber yang ada di Bumi, seperti sisa aktivitas kendaraan, industri, atau bahkan dari fenomena alam seperti gunung meletus,” ujar Fries.
Meski banyak kritik berdatangan, Loeb tetap teguh pada pendiriannya. Ia menyatakan bahwa penemuan ini belum final dan masih memerlukan studi lanjutan dengan pendekatan ilmiah yang lebih mendalam. Ia juga menyerukan kolaborasi global untuk memahami lebih jauh asal-usul spherules tersebut. Menurutnya, terlepas dari kemungkinan asalnya, material ini menyimpan informasi penting tentang apa yang berada di luar angkasa dan bagaimana interaksinya dengan Bumi.
Klaim seperti ini bukanlah hal baru bagi Avi Loeb. Pada tahun 2017, ia juga sempat membuat kehebohan besar saat mengungkapkan temuannya terkait objek antariksa yang melintasi Tata Surya kita, yang kemudian diberi nama ‘Oumuamua’. Kala itu, ia mengusulkan bahwa objek tersebut kemungkinan merupakan pesawat luar angkasa yang dikirim oleh makhluk cerdas dari galaksi lain.
Namun, teori tersebut segera dibantah oleh berbagai studi lanjutan, termasuk oleh tim ilmuwan dari University of California Berkeley, yang menyimpulkan bahwa Oumuamua kemungkinan besar hanyalah komet dengan bentuk aneh, yang telah mengalami proses radiasi kosmik saat melintasi ruang antar-bintang.