Selanjutnya, di Asia, peradaban Huang He di Tiongkok menghadapai tantangan serupa dengan menghadapi perubahan iklim yang mengakibatkan kekeringan. Masyarakat di kawasan ini belajar untuk berpindah dari teknologi budaya yang kurang efisien menuju teknik pertanian yang lebih adaptif. Mereka memanfaatkan pola tanam yang sesuai dengan perubahan musim dan curah hujan, serta menciptakan sistem penyimpanan air yang efektif. Ini menunjukkan bahwa penyesuaian lokal sangat penting dalam menghadapi tantangan iklim yang sulit.
Satu lagi contoh menarik adalah peradaban Inca di Pegunungan Andes, yang juga terpaksa menyesuaikan diri dengan kondisi iklim yang berubah-ubah. Mereka mengembangkan praktik pertanian yang sangat efektif di lahan terjal dengan sistem teras bertingkat yang memungkinkan penghuninya menanam berbagai jenis tanaman. Adaptasi ini membuat mereka tidak hanya mampu berproduksi secara berkelanjutan tetapi juga meningkatkan ketahanan pangan di tengah kondisi cuaca yang tidak stabil.
Namun, meskipun beberapa besaran peradaban kuno berhasil beradaptasi dengan perubahan iklim, tidak semua peradaban dapat mengantisipasi perubahan yang terlalu drastis. Beberapa kita lihat mengalami keruntuhan akibat kehabisan sumber daya, ketidakmampuan beradaptasi, atau kondisi sosial dan politik yang tidak stabil. Ini menjadi pelajaran yang berharga tentang pentingnya ketahanan dan fleksibilitas dalam menghadapi perubahan lingkungan.