Internet Iran Lumpuh, Pengguna VPN Meroket
Lembaga pemantau internet global seperti NetBlocks dan Cloudflare melaporkan adanya gangguan internet besar-besaran di Iran sejak Rabu, 18 Juni 2025. Konektivitas nasional dilaporkan turun drastis hingga mencapai 90%, membuat jutaan warga tidak bisa mengakses layanan daring seperti biasa.
Kondisi ini mendorong lonjakan drastis penggunaan Virtual Private Network (VPN) sebagai solusi alternatif. Laporan dari Proton VPN menunjukkan bahwa jumlah pengguna meningkat hingga 700% hanya dalam waktu tiga hari. Namun sayangnya, pemerintah Iran juga mulai membatasi akses terhadap layanan VPN. Banyak pengguna melaporkan VPN tidak bisa berfungsi secara optimal atau bahkan sama sekali tidak bisa tersambung.
Juru bicara dari Proton VPN, David Peterson, menyampaikan keprihatinannya terhadap situasi tersebut. Ia menyoroti bahwa langkah Iran ini bukan sekadar perlindungan siber, melainkan bagian dari normalisasi kontrol terhadap arus informasi yang masuk dan keluar dari negara tersebut. "Pemadaman internet dan pembatasan akses digital telah menjadi alat sistematis bagi pemerintah Iran untuk mengendalikan warganya," ujar Peterson, dikutip dari TechRadar.
Alasan Pemerintah: Keamanan Nasional
Pemerintah Iran menyatakan bahwa tindakan pembatasan ini hanya bersifat sementara dan terarah. Tujuannya, menurut mereka, adalah untuk melindungi infrastruktur digital nasional dari potensi serangan siber yang meningkat di tengah konflik regional yang sedang memanas. Mereka mengklaim bahwa langkah ini dilakukan demi menjaga stabilitas keamanan dalam negeri.
Namun, para pengamat keamanan digital dan pegiat HAM menilai alasan tersebut hanyalah dalih untuk memperkuat pengawasan dan sensor terhadap masyarakat. Dalam pandangan mereka, pemadaman akses informasi merupakan strategi yang sering digunakan oleh rezim otoriter untuk menekan kebebasan sipil, khususnya saat ketegangan politik atau sosial meningkat.