Pada tahun 2031, ransomware diprediksi akan merugikan korban sebesar US$265 miliar per tahun, menurut laporan dari Cybersecurity Ventures. Para ahli juga khawatir bahwa kecerdasan buatan (AI) dapat menjadi celah masuk bagi penjahat yang ingin membuat dan menggunakan ransomware.
Mike Beck, kepala petugas keamanan informasi Darktrace, mengatakan bahwa ada peluang besar bagi AI, baik dalam mempersenjatai penjahat siber maupun dalam meningkatkan produktivitas dan operasi dalam perusahaan keamanan siber.
Namun, tidak semua ahli sepakat bahwa AI menimbulkan risiko ransomware seburuk yang dipikirkan oleh banyak orang. Menurut Lee, terdapat banyak hipotesis tentang kegunaan AI untuk rekayasa sosial, tetapi pada kenyataannya, seringkali serangan yang berhasil dilakukan menggunakan metode yang sederhana.
Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya menjaga keamanan siber tidak hanya melalui teknologi, tetapi juga melalui kesadaran dan kehati-hatian dalam melindungi data pribadi serta informasi sensitif.