Dalam upaya besar membasmi kejahatan siber lintas negara, penegak hukum internasional bekerja sama dalam proyek kolaboratif bernama "Operation Secure". Operasi ini dirancang khusus untuk membongkar jaringan kriminal pencuri rekening berskala internasional yang menggunakan malware jenis infostealer guna mencuri data finansial milik individu dan perusahaan.
Dipimpin oleh Interpol, operasi ini berlangsung dari Januari hingga April 2025, dan berhasil mengoordinasikan aksi dari 26 negara. Dalam periode tersebut, penindakan yang dilakukan membuahkan hasil signifikan dan mengejutkan banyak pihak, termasuk kalangan industri keamanan digital.
Hasil Operasi: Puluhan Tersangka, Ribuan IP Jahat Ditutup
Hasil dari "Operation Secure" menunjukkan skala ancaman yang sesungguhnya. Sebanyak 32 tersangka berhasil diamankan, sementara 41 server yang digunakan untuk menyimpan atau mengelola data hasil curian berhasil disita. Tak hanya itu, lebih dari 20.000 IP address dan domain berbahaya berhasil diturunkan dari internet, menghentikan sementara distribusi malware aktif yang menyebar secara global.
Penindakan ini juga mengamankan sekitar 100 gigabyte data curian, yang sebagian besar berisi informasi pribadi dan finansial. Bahkan, 216.000 korban telah diidentifikasi dan diberi pemberitahuan mengenai pelanggaran data mereka. Angka tersebut mencerminkan besarnya skala operasi dan luasnya dampak kejahatan siber yang berhasil dibongkar.
Apa Itu Infostealer dan Mengapa Sangat Berbahaya?
Malware jenis infostealer adalah perangkat lunak berbahaya yang dirancang secara spesifik untuk mencuri informasi sensitif. Infostealer dapat mencuri akun perbankan digital, cookie dari peramban (browser), data login, hingga dompet kripto dari perangkat pengguna. Informasi ini kemudian dijual secara ilegal di pasar gelap internet (dark web), atau digunakan untuk mengakses akun penting milik korban.