Salah satu izin perjalanan yang sempat dikabulkan adalah ketika ia diperbolehkan pergi ke Dubai dari 15 Maret hingga 7 April 2025. Namun, untuk kunjungannya ke AS yang direncanakan berkaitan dengan penggalangan dana, otoritas Prancis memutuskan untuk menolak.
Keputusan ini semakin memperkuat kesan bahwa pemerintah Prancis bersikap sangat hati-hati terhadap pergerakan Durov, mengingat kompleksitas kasus yang sedang dihadapinya serta besarnya pengaruh Telegram sebagai media komunikasi global yang bebas dari sensor.
Ketegangan dengan Pemerintah Prancis
Sejak awal kasus hukumnya mencuat, Durov tak segan mengkritik otoritas Prancis. Baru-baru ini, ia bahkan membuat pernyataan kontroversial yang menuduh pemerintah Prancis, termasuk Nicolas Lerner, kepala badan intelijen luar negeri, telah mencoba menekan Telegram untuk membatasi akses terhadap konten-konten konservatif menjelang pemilu presiden Rumania.
Durov menyatakan bahwa tekanan tersebut datang saat pemungutan suara putaran kedua sedang berlangsung. Tuduhan ini langsung dibantah oleh pemerintah Prancis. Mereka menyebut klaim tersebut tidak berdasar dan menyayangkan tindakan Durov yang dinilai merusak kredibilitas lembaga pemerintahan.
Meski begitu, pernyataan Durov memperkuat narasi yang selama ini ia bangun—bahwa Telegram adalah platform independen yang kebal terhadap sensor politik. Pandangan ini tentu saja menarik simpati dari pengguna Telegram yang percaya pada kebebasan berekspresi. Namun di sisi lain, hal ini juga menambah tekanan terhadap Durov dari berbagai pihak yang menganggap Telegram terlalu longgar dalam mengawasi aktivitas pengguna.
Misteri di Balik Tuduhan: Realita atau Konspirasi?
Apa sebenarnya yang terjadi di balik kasus hukum Pavel Durov masih menjadi misteri besar. Apakah ia benar-benar terlibat dalam praktik ilegal melalui Telegram, atau ini merupakan bentuk tekanan politik terhadap platform komunikasi yang tak bisa dikendalikan negara?
Telegram, dengan lebih dari 800 juta pengguna aktif di seluruh dunia, memang sering dianggap sebagai "wilayah netral" dalam dunia digital—di mana informasi bisa menyebar bebas tanpa sensor pemerintah atau algoritma manipulatif. Hal ini membuat Telegram banyak digunakan, baik oleh aktivis kebebasan, komunitas bisnis, hingga kelompok-kelompok yang tidak ingin diawasi.