Terorisme menjadi alat yang efektif dalam kekuatan politik, di mana ketakutan dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan dukungan publik. Pada era pasca-9/11, banyak negara lain mengikuti jejak Amerika dalam memerangi terorisme dengan menjalankan kebijakan serupa. Negara-negara di Eropa dan Timur Tengah juga mengalami peningkatan serangan teroris, dan ketakutan akan serangan serupa membuat banyak pemerintah berusaha melakukan tindakan pencegahan yang lebih drastis.
Tidak hanya itu, politik ketakutan ini juga memperburuk stereotip terhadap komunitas Muslim dan imigran. Masyarakat sering kali mengaitkan identitas tertentu dengan terorisme, yang membawa dampak negatif dalam hal toleransi dan hubungan antarbudaya. Diskriminasi dan prasangka semakin meningkat, menciptakan ketegangan yang berpotensi melahirkan konflik yang lebih besar di dalam masyarakat.
Seiring berjalannya waktu, dampak dari tragedi 9/11 dan politik ketakutan global juga bisa dilihat dalam bentuk perubahan kebijakan luar negeri. Banyak negara kini lebih berhati-hati dalam memberikan dukungan kepada negara-negara berisiko tinggi yang dianggap berpotensi mengekspor terorisme. Hubungan internasional diwarnai kecenderungan untuk lebih fokus pada keamanan ketimbang kerja sama untuk pembangunan damai, menyebabkan kebijakan yang tidak selalu bertujuan untuk menciptakan stabilitas jangka panjang.