Tampang.com | Revolusi Prancis, yang berlangsung dari tahun 1789 hingga 1799, merupakan salah satu peristiwa paling monumental dalam sejarah dunia. Revolusi ini tidak hanya mengubah tatanan politik di Prancis, tetapi juga memberikan dampak yang mendalam bagi perkembangan ide-ide demokrasi dan hak asasi manusia di seluruh dunia. Meskipun dijiwai oleh semangat kebebasan dan kesetaraan, perjalanan Revolusi Prancis dipenuhi dengan kekerasan dan penderitaan, menciptakan momen-momen berdarah yang tak terlupakan dalam sejarah.
Salah satu ikon paling dikenal dari Revolusi Prancis adalah guillotine, alat eksekusi yang menjadi simbol dari era kekerasan yang melanda Prancis. Pertama kali diperkenalkan sebagai metode yang lebih “manusiawi” dibandingkan eksekusi sebelumnya, guillotine dengan cepat berubah menjadi alat pembantaian yang terkenal dalam tindakan teror. Di bawah pemerintahan Maximilien Robespierre, jiwa-jiwa tidak bersalah, termasuk aristokrat dan pemimpin politik, dihadapkan pada pengadilan yang sering kali tidak adil dan dipenggal dengan guillotine dalam upaya menyingkirkan ancaman terhadap Revolusi.
Rakyat Prancis pada saat itu berada dalam keadaan yang sangat tertekan. Ketidakpuasan terhadap sistem monarki yang absolut dipicu oleh kemiskinan, pajak yang tinggi, dan kelaparan. Berbagai lapisan masyarakat, termasuk petani, buruh, dan bahkan segelintir anggota aristokrasi, bersatu dalam menghadapi ketidakadilan yang mendera. Peristiwa pembakaran Bastille pada 14 Juli 1789 menjadi titik tolak penting dalam perjuangan rakyat, menandai perlawanan terhadap penindasan dan menandakan lahirnya semangat revolusioner.