Tampang

Revolusi Prancis: Kebebasan yang Berdarah

15 Mei 2025 08:28 wib. 120
0 0
Revolusi Prancis
Sumber foto: pinterest

Selama periode Revolusi, banyak ide-ide demokrasi dan egalitarianisme diangkat. Deklarasi Hak Asasi Manusia dan Warga Negara yang diadopsi pada Agustus 1789 menggambarkan aspirasi rakyat untuk kebebasan dan persamaan. Namun, meskipun terinspirasi oleh idealisme, realitasnya jauh dari sempurna. Kebangkitan gairah politik kadang membuat ketegangan semakin meningkat di antara kelompok-kelompok yang saling berseberangan. Teror menjadi pilihan utama bagi mereka yang ingin mempertahankan kendali atas kekuasaan.

Sebagaimana Revolusi berlanjut, situasi semakin memburuk. Fokus pada teror menyebabkan terjadinya pembersihan massal. Mereka yang dianggap sebagai musuh rakyat, tanpa memandang posisi sosial atau kekuasaan, mengalami nasib tragis. Rakyat yang mengharapkan perubahan justru terjebak dalam lingkaran kekerasan yang tampaknya tanpa akhir. Dalam momen yang sangat kelam ini, guillotine menjadi saksi bisu dari berbagai eksekusi yang menambah jumlah kematian. Rakyat yang menginginkan kebebasan dan hak-hak dasar malah diseret ke dalam pertempuran brutal.

Perubahan sosial dan politik tidak hanya menciptakan harapan baru, tetapi juga dedikasi akan harga yang harus dibayar. Para pemimpin Revolusi, yang awalnya mencuat sebagai pahlawan, sering kali dihadapkan pada penilaian kembali sepenuhnya. Pada tahun 1794, Maximilien Robespierre sendiri menjadi korban dari guillotine yang awalnya ia gunakan untuk menumpas lawan-lawannya. Rakyat yang berjuang untuk kebebasan dan keadilan sering kali menyaksikan pengkhianatan dari cita-cita mereka sendiri yang berujung pada bahaya dan penderitaan.

#HOT

0 Komentar

Belum ada komentar di artikel ini, jadilah yang pertama untuk memberikan komentar.

BERITA TERKAIT

BACA BERITA LAINNYA

POLLING

Dampak PPN 12% ke Rakyat, Positif atau Negatif?