Dan alat trasmiter yang ditemukan (kalau memang benar) di rumah dinas Jokowi ini adalah alat spionase yang terus dikembangkan. Pada pertemuan tahunan AUSA (Association of the United States Army) di Washington, DC yang berlangsung pada 25 Oktober 2013, Lockheed Martin memamerkan perkembangan teknologi transmiter mata-mata yang disebut SPAN (Self-Powered Ad-hoc Network).
SPAN merupakan generasi terbaru dari Spy Rock. Alat pemata-mata ini selain lebih murah dari Spy Rock juga dapat bertahan bertahun-tahun lantaran dapat mengisi energi sendiri dengan menggunakan sinar matahari (Sumber: wired.com)
Tentu bentuk luar dari Spy Rock atau pun SPAN bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya, berbentuk batu-bata yang akan disisipkan di dinding. Berbentuk keramik, mamer, atau granit yang bisa dipasangkan di lantai. Atau berbentuk handphone sehingga bisa dibawa ke mana-mana mengikuti targetnya tanpa khawatir dicurigai.
Memasang alat transmiter di beberapa ruangan bukanlah hal yang sulit bila pelakunya memiliki akses atau aset yang ada di sekitar sasaran. Contohnya, pelaku penyadapan merekrut pembantu rumah tangga Jokowi untuk dijadikan “agennya”. Merekrut orang yang memiliki akses di lingkungan target merupakan cara yang paling efektif dengan tingkat resiko rendah ketimbang harus menginfiltrasi sendiri lokasi target.
Bagaimana dengan SBY? SBY memang diberitakan menjadi korban penyadapan. Pada 2011 Dua harian Australia, The Age dan Sydney Morning Herald memuat berita utama tentang penyalahgunaan kekuasaan oleh Presiden SBY dan istrinya, Ani Yudhoyono. Laporan harian itu berdasarkan kawat-kawat diplomatik rahasia Kedutaan Besar Amerika Serikat AS di Jakarta yang dibocorkan situs WikiLeaks
Menurut whistleblowerintelijen AS, Edward Snowden,badan intelijen Inggris, melaluiGovernment Communications Headquarters (Markas Komunikasi Pemerintah/GCHQ), telah menggunakan perangkat yang memungkinkan saluran komunikasi disadap. Perangkat tersebut mampu menyadap layanan BlackBerry guna memantau e-mail dan panggilan telepon. Pada saat yang sama, instansi itu juga menyediakan layanan internet yang bisa melakukan intersepsi delegasi yang hadir sehingga seluruh aktivitas bisa dipantau.
Sebagaimna diberitakan intelijen Inggrismemata-matai Presiden SBY beserta rombongan saat menghadiri pertemuan puncak G-20 di London pada April 2009. Menurut Sydney Morning Herald, Jumat (26/7/2013), Perdana Menteri Australia Kevin Rudd memperoleh keuntungan atas kegiatan mata-mata itu. Konon, tanpa kerja mata-mata Inggris tersebut Australia tidak akan mendapat kursi di Dewan Keamanan PBB. Entah bagaimana cara kerja intelijen Inggris tersebut.
Wajar kalau SBY sebagai Presiden RI disadap. Bahkan setelah turun dari kekuasaan pun SBY masih layak untuk diintai. Hal ini dikarenakan aktivitas harian SBY sebagai pemimpin dari sebuah partai politik. Jangankan SBY, semua tokoh penting di negara ini juga disadap.