Dalam dunia mata-mematai pemasangan transmiter bukanlah hal yang asing. Skandal besar penempatan transmiter terjadi pada Januari 2006 saat televisi pemerintah Rusia merilis video pengintaian yang dilakukan kontra-intelijen Rusia FSB. Video itu memperlihatkan seorang diplomat Inggris Christopher Pirt sekretaris kearsipan di kedutaan Inggris saat tengah mengambil sebuah batu di satu jalan di kota Moscow. Selain Pirt, beberapa staff kedutaan Inggris lainnya juga seperti Marc Doe dan Andy Fleming diketahui berulang kali “mengunjungi” Spy Rock (Sumber: theguardian.com)
Dan alat trasmiter yang ditemukan (kalau memang benar) di rumah dinas Jokowi ini adalah alat spionase yang terus dikembangkan. Pada pertemuan tahunan AUSA (Association of the United States Army) di Washington, DC yang berlangsung pada 25 Oktober 2013, Lockheed Martin memamerkan perkembangan teknologi transmiter mata-mata yang disebut SPAN (Self-Powered Ad-hoc Network).
SPAN merupakan generasi terbaru dari Spy Rock. Alat pemata-mata ini selain lebih murah dari Spy Rock juga dapat bertahan bertahun-tahun lantaran dapat mengisi energi sendiri dengan menggunakan sinar matahari (Sumber: wired.com)
Tentu bentuk luar dari Spy Rock atau pun SPAN bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya, berbentuk batu-bata yang akan disisipkan di dinding. Berbentuk keramik, mamer, atau granit yang bisa dipasangkan di lantai. Atau berbentuk handphone sehingga bisa dibawa ke mana-mana mengikuti targetnya tanpa khawatir dicurigai.