Biasanya, orang yang menerapkan slow dating:
- Fokus membangun rasa percaya dan keamanan emosional terlebih dahulu.
- Tidak terburu-buru mendeklarasikan status pacaran.
- Menikmati proses penjajakan dengan lebih santai.
Tren ini lahir karena banyak Gen Z yang mulai lelah dengan hubungan instan dan memilih membangun fondasi yang lebih kokoh.
4. Future-Proofing
Kalau dulu banyak orang pacaran hanya untuk “have fun”, kini Gen Z lebih realistis.
Future-proofing berarti mencari pasangan yang punya visi, misi, dan nilai hidup sejalan.
Tujuannya jelas: memastikan hubungan bisa berjalan jangka panjang dan bukan sekadar main-main.
Jadi, sebelum melangkah lebih jauh, Gen Z cenderung mengecek kecocokan dari berbagai aspek, seperti:
- Rencana masa depan
- Pandangan tentang karier
- Nilai keluarga
- Komitmen terhadap hubungan
Mereka ingin memastikan, kalaupun berpacaran, arahnya jelas dan sama-sama serius.
5. Soft Launch Relationship
Kalau dulu banyak orang mengumbar hubungan di media sosial, sekarang Gen Z lebih menjaga privasi.
Soft launch relationship adalah tren mengenalkan pasangan secara perlahan, misalnya:
- Mengunggah foto dua gelas kopi tanpa menunjukkan wajah pacar.
- Postingan story nonton bioskop berdua tanpa memberi tahu siapa teman kencannya.
- Memberi “kode” halus melalui konten yang ambigu.
Tren ini muncul karena Gen Z ingin menikmati hubungan tanpa tekanan publik, sekaligus menjaga ruang pribadi mereka.
6. Anti-App Dating
Kalau beberapa tahun terakhir dating apps seperti Tinder dan Bumble booming, kini tren anti-app dating justru makin populer di kalangan Gen Z.
Banyak yang merasa bahwa aplikasi kencan sering memicu ghosting, hubungan toxic, hingga penipuan identitas.