ndonesia dikenal sebagai negara paling rentan terhadap bencana gempa dan tsunami. Posisi geografisnya yang berada di Cincin Api Pasifik (Ring of Fire) menjadikannya persimpangan berbagai lempeng tektonik aktif. Salah satu ancaman yang paling mengkhawatirkan adalah gempa jenis Megathrust—gempa besar yang terjadi di zona subduksi dan bisa memicu tsunami dahsyat. Di seluruh nusantara, terdapat 13 segmen megathrust yang telah teridentifikasi, dan dua di antaranya menjadi sorotan utama para ahli.
Zona Megathrust ‘Tinggal Menunggu Waktu’
Menurut Daryono, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami di BMKG, dua zona megathrust—Selat Sunda dan Mentawai–Siberut—saat ini sedang mengalami fenomena yang disebut seismic gap alias celah gempa. Kedua zona ini telah ratusan tahun tak mengalami gempa besar, sehingga energi tektonik yang tertimbun sangat besar cnbcindonesia.com+9bmkg.go.id+9radarmojokerto.jawapos.com+9. Meski demikian, BMKG menegaskan bahwa istilah “tinggal menunggu waktu” bukan berarti gempa besar akan segera terjadi—teknologi saat ini belum mampu memprediksi kapan, di mana, dan seberapa kuat gempa bakal terjadi detik.com+6jabar.nu.or.id+6bmkg.go.id+6.
Zona Selat Sunda terakhir gempa besar terjadi tahun 1757 (seismic gap ~267 tahun), sedangkan di Mentawai–Siberut sejak 1797 (gap ~227 tahun) en.wikipedia.org+9youtube.com+9radarmojokerto.jawapos.com+9.
Bahaya Megathrust Bakal Capai 8,7 Skala Magnitudo
Data dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menunjukkan bahwa akumulasi energi pada zona megathrust—terutama di selatan Jawa Barat hingga Selat Sunda—telah mencapai batas kritis. Jika seluruh energi ini dilepaskan, gempa besar berpotensi mencapai magnitudo 8,7 radarmojokerto.jawapos.com+6cnbcindonesia.com+6detik.com+6.