Data yang diungkapkan oleh jaksa California menunjukkan bahwa 92% sampah plastik yang diproses oleh teknologi daur ulang Exxon tidak berubah menjadi plastik daur ulang. Namun, Exxon menyangkal tuduhan ini dan menjatuhkan kesalahan kepada kegagalan California dalam membangun sistem daur ulang yang efektif untuk mengatasi masalah polusi plastik.
Tuduhan terhadap Exxon ini menjadi salah satu contoh yang menunjukkan betapa besar peran plastik dalam mendukung permintaan minyak. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bahkan telah bersiap untuk menjadi perantara pada perjanjian yang bertujuan mengurangi polusi plastik di Korea Selatan. Ini merupakan sebuah kesepakatan besar yang dapat disandingkan dengan perjanjian iklim Paris 2015.
Menurut Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), konsumsi plastik global – yang menjadi pendorong utama permintaan petrokimia – diperkirakan akan meningkat tiga kali lipat pada tahun 2060 mencapai 1,3 miliar ton.
Fakta lain yang diungkapkan oleh S&P Global Commodity Insights menyebutkan bahwa Tiongkok merupakan produsen plastik terbesar tahun lalu, melampaui Amerika Utara. Badan Energi Internasional juga mengidentifikasi sektor petrokimia sebagai kontributor terbesar terhadap pertumbuhan permintaan minyak.
Laporan dari Laboratorium Nasional Lawrence Berkeley memperkirakan bahwa industri plastik akan menghasilkan 10% emisi global pada 2025, naik dari 5% persen pada tahun 2019.