Studi terhadap spesies baru ini mengarahkan peneliti untuk menganalisis sejarah evolusi semua coelacanth yang diketahui. Dalam melakukannya, peneliti menemukan bahwa coelacanth umumnya berevolusi secara lambat, dengan beberapa pengecualian yang menarik.
Ilmuwan juga menganalisis serangkaian faktor lingkungan yang dianggap dapat memengaruhi laju evolusi coelacanth. Dari semua variabel yang diamati, aktivitas lempeng tektonik terbukti menjadi faktor yang paling memengaruhi laju evolusi coelacanth.
Bersamaan dengan analisis terhadap semua fosil coelacanth, peneliti juga membandingkan dengan dua spesies coelacanth yang masih hidup, Latimeria chalumnae dan Latimeria menadoensis.
Meskipun tampak hampir identik dengan beberapa ikan sejenisnya dari ratusan juta tahun yang lalu, setelah dianalisis secara lebih detail, terlihat bahwa mereka sebenarnya berbeda dari kerabat mereka yang telah punah.
Temuan ini memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang evolusi ikan coelacanth dan memperkuat konsep "fosil hidup". Penemuan fosil coelacanth di Indonesia juga menjadi bukti bahwa ikan ini masih tetap eksis di habitatnya meskipun telah lama dianggap punah. Hal ini tentu menjadi pengetahuan yang sangat berharga dalam melacak sejarah evolusi ikan ini.