Setiap empat tahun sekali, kalender kita mendapat tambahan satu hari di bulan Februari, mengubahnya dari 28 menjadi 29 hari. Tahun yang memiliki tanggal istimewa ini kita sebut tahun kabisat, dan hari tambahan itu dikenal sebagai hari kabisat. Meski terasa seperti penambahan acak, keberadaan hari kabisat punya alasan yang sangat penting dan melibatkan sejarah panjang peradaban manusia yang mencoba menyelaraskan kalender dengan pergerakan alam semesta.
Perbedaan Waktu Bumi dan Kalender
Untuk memahami mengapa kita membutuhkan tahun kabisat, kita harus tahu dulu apa itu tahun. Secara umum, satu tahun adalah waktu yang dibutuhkan Bumi untuk menyelesaikan satu putaran penuh mengelilingi Matahari. Kita semua mengenal siklus ini sebagai tahun tropis. Waktu pasti yang dibutuhkan Bumi untuk kembali ke posisi yang sama relatif terhadap Matahari adalah sekitar 365,2422 hari, atau tepatnya 365 hari, 5 jam, 48 menit, dan 46 detik.
Di sisi lain, kalender yang kita gunakan, yaitu kalender Gregorian, didasarkan pada siklus 365 hari penuh. Jika tidak ada penyesuaian, sisa waktu 0,2422 hari itu akan terus menumpuk dari tahun ke tahun. Sisa waktu ini, yang kira-kira seperempat hari, mungkin terlihat tidak signifikan pada awalnya. Namun, setelah beberapa dekade, perbedaan ini akan sangat terasa. Setelah 100 tahun, kalender kita akan 'terlambat' sekitar 24 hari dari siklus musim yang sebenarnya. Jika ini terus dibiarkan, di masa depan, musim panas bisa jatuh di bulan Desember dan musim dingin di bulan Juni, mengacaukan pertanian, navigasi, dan banyak aspek kehidupan lainnya yang bergantung pada siklus musim.