Aturan Kalender Gregorian ini berbunyi:
Setiap tahun yang habis dibagi 4 adalah tahun kabisat. (Contoh: 2024, 2028, 2032, dst.) Kecuali, tahun-tahun yang habis dibagi 100 bukan tahun kabisat. (Contoh: 1700, 1800, 1900, tidak kabisat. Namun, tahun-tahun yang habis dibagi 400 adalah tahun kabisat. (Contoh: 1600, 2000, 2400, kabisat.)
Aturan ini menghilangkan tiga tahun kabisat setiap 400 tahun, sehingga kalender menjadi lebih akurat. Dengan aturan ini, rata-rata panjang satu tahun menjadi 365,2425 hari, yang sangat mendekati 365,2422 hari dari tahun tropis. Perbedaan kecil ini hanya akan membuat kalender meleset satu hari setelah sekitar 3.300 tahun.
Mengapa Tambahan Harinya di Bulan Februari?
Pemilihan bulan Februari sebagai tempat hari kabisat juga punya alasan historis. Seperti yang sudah disebutkan, di Kalender Romawi kuno, Februari adalah bulan terakhir. Itu juga bulan terpendek. Jadi, menambah satu hari di bulan yang sudah pendek ini terasa paling logis dan tidak terlalu mengganggu siklus bulan lainnya. Tradisi ini kemudian dipertahankan dalam Kalender Julian dan Kalender Gregorian, meskipun sekarang Februari adalah bulan kedua.
Penambahan satu hari di Februari ini juga memberikan keuntungan praktis. Tanpa hari kabisat, perayaan-perayaan yang terkait dengan musim akan terus bergeser. Misalnya, jika Paskah (yang perhitungannya bergantung pada ekuinoks musim semi) dibiarkan bergeser, itu akan mengacaukan kalender gereja dan perayaan lain yang terkait. Hari kabisat memastikan kalender tetap sinkron dengan siklus alam, memungkinkan kita memprediksi musim dan peristiwa astronomi dengan lebih tepat.