Tampang

Asal Mula Bulan Kabisat dan Rahasia di Balik Tanggal 29 Februari

25 Agu 2025 22:02 wib. 4
0 0
Kalender
Sumber foto: Canva

Dari Romawi Kuno hingga Kalender Julian

Gagasan tentang penyesuaian kalender ini sudah ada sejak zaman Romawi kuno. Kalender Romawi awal sangat tidak akurat dan terus-menerus disesuaikan oleh para pendeta, yang sering kali menyalahgunakan kekuasaan mereka. Melihat kekacauan ini, Julius Caesar, pada tahun 46 SM, memutuskan untuk mereformasi kalender secara besar-besaran. Atas saran seorang ahli astronomi dari Alexandria, Sosigenes, ia memperkenalkan Kalender Julian.

Kalender Julian didasarkan pada perhitungan bahwa satu tahun Bumi adalah 365,25 hari. Untuk mengatasi sisa seperempat hari itu, Sosigenes mengusulkan penambahan satu hari setiap empat tahun sekali. Hari ekstra ini ditambahkan di bulan Februari, yang saat itu merupakan bulan terakhir dalam kalender Romawi. Nama 'kabisat' (leap) konon berasal dari fakta bahwa tanggal setelah 28 Februari akan "melompati" satu hari dalam kalender.

Kalender Julian adalah perbaikan yang luar biasa. Namun, perhitungan Sosigenes sedikit kurang akurat. Ia menghitung satu tahun sebagai 365,25 hari, padahal sebenarnya 365,2422 hari. Perbedaan kecil 0,0078 hari itu terus menumpuk. Setelah sekitar 1.282 tahun, kalender Julian sudah meleset sekitar 10 hari dari tahun tropis. Pada abad ke-16, perbedaan ini sudah sangat terasa dan mengganggu tanggal perayaan Paskah, yang seharusnya jatuh di musim semi.

Reformasi Gregorian dan Aturan Modern

Ketidakakuratan Kalender Julian inilah yang mendorong Paus Gregorius XIII untuk melakukan reformasi pada tahun 1582. Dengan bantuan para astronom, ia memperkenalkan Kalender Gregorian, yang kita gunakan hingga saat ini. Kalender ini jauh lebih akurat. Gregorius memperbaiki aturan tahun kabisat menjadi lebih presisi.

#HOT

0 Komentar

Belum ada komentar di artikel ini, jadilah yang pertama untuk memberikan komentar.

BERITA TERKAIT

BACA BERITA LAINNYA

POLLING

Dampak PPN 12% ke Rakyat, Positif atau Negatif?