Film RIBA hadir sebagai tontonan yang sarat makna dan menggugah kesadaran penonton. Mengusung tema religi, sosial, dan drama kehidupan, film ini berani mengangkat isu sensitif yang dekat dengan realitas masyarakat, yakni praktik riba dan dampaknya terhadap kehidupan manusia. Dibungkus dengan alur emosional dan konflik yang realistis, RIBA bukan hanya sekadar film, melainkan cermin dari dilema moral yang sering dihadapi banyak orang.
Gambaran Umum Film RIBA
RIBA menceritakan perjalanan hidup seorang tokoh utama bernama Raka, pria sederhana yang berjuang memenuhi kebutuhan keluarganya di tengah tekanan ekonomi. Raka digambarkan sebagai sosok pekerja keras, bertanggung jawab, dan sangat mencintai keluarganya. Namun kondisi hidup yang semakin sulit memaksanya berada di persimpangan jalan antara bertahan dengan prinsip atau mengambil jalan pintas demi kelangsungan hidup.
Film ini mengambil latar kehidupan perkotaan dengan realitas ekonomi yang keras. Hutang, kebutuhan mendesak, dan gaya hidup menjadi latar kuat yang membuat cerita terasa dekat dengan kehidupan sehari-hari penonton.
Awal Cerita: Tekanan Hidup yang Menghimpit
Kisah dimulai saat Raka mengalami krisis finansial besar. Usaha kecil yang ia rintis mengalami kegagalan, sementara kebutuhan keluarga terus meningkat. Biaya pendidikan anak, kesehatan orang tua, dan kebutuhan sehari-hari membuatnya terjebak dalam tekanan mental yang berat.
Di tengah keputusasaan, Raka mulai diperkenalkan dengan jalan keluar instan berupa pinjaman berbunga tinggi. Awalnya ia ragu, karena menyadari bahwa riba bertentangan dengan nilai agama yang ia yakini. Namun desakan keadaan membuatnya mulai mempertimbangkan pilihan tersebut, meski hatinya penuh kegelisahan.
Konflik Batin dan Pilihan Sulit
Bagian paling kuat dari film RIBA terletak pada konflik batin tokoh utamanya. Raka tidak digambarkan sebagai sosok jahat, melainkan manusia biasa yang rapuh di bawah tekanan. Ia sadar akan risiko moral dan spiritual dari keputusan yang diambil, tetapi ketakutan akan kehilangan keluarganya membuat logika dan keyakinan saling bertabrakan.