Badan Geologi sempat mencatat dalam pengamatan visual seminggu terakhir, dalam rentang 8-14 Juli 2024. Peneliti masih melihat asap berwarna putih kelabu yang diakibatkan erupsi Semeru. Ketinggiannya antara 100-900 meter dari puncak. Guguran lava pijar juga masih teramati dengan jarak luncur 300-1.000 meter ke arah Besuk Kobokan.
Pengamatan instrumental juga mendapati erupsi dalam periode sepekan ini. Di antaranya terjadi 955 kali gempa letusan atau erupsi, 133 kali gempa guguran, 58 kali gempa hembusan, 5 kali gempa harmonik, 1 kali gempa tektonik lokal, dan 48 kali gempa tektonik jauh.
Data pemantauan tiltmeter—alat pengukur deformasi gunung yang berfungsi untuk mendeteksi pengembungan atau pengempisan tubuh sebuah gunung—pada Stasiun Tiltmeter Argosuko menunjukkan pola mendatar. Data pemantauan GPS kontinyu menunjukkan perubahan antar baseline stasiun GPS umumnya menunjukkan pemendekan jarak.
Hasil evaluasi menyimpulkan aktivitas erupsi, awan panas, serta guguran lava masih terjadi di Gunung Semeru. Aktivitas kegempaan di Gunung Semeru juga masih relatif tinggi. Namun terjadi penurunan gempa vulkanik dalam. Tetapi gempa letusan mengalami peningkatan cukup signifikan yang mengindikasikan peningkatan pelepasan material ke permukana serta proses penumpukan material hasil letusan di sekitar kawah Jonggring Seloko.