Selain itu, kesadaran untuk menabung atau berinvestasi masih rendah. Banyak orang menganggap menabung adalah sisa dari pendapatan, bukan prioritas utama. Sementara investasi masih dianggap sebagai sesuatu yang rumit dan hanya untuk kalangan berpenghasilan tinggi. Pola pikir ini menghambat mereka untuk membangun kekayaan dan aset, yang sangat penting untuk mencapai stabilitas finansial di masa depan.
Akses Informasi yang Belum Merata
Meskipun informasi kini mudah ditemukan di internet, akses informasi tentang keuangan masih belum merata. Sebagian besar konten edukasi finansial disajikan dalam bahasa yang rumit, penuh dengan jargon teknis yang sulit dipahami oleh masyarakat umum. Ini membuat mereka enggan untuk belajar lebih jauh.
Selain itu, informasi yang tersedia di internet juga tidak selalu akurat. Banyak promosi investasi bodong atau skema piramida yang menjanjikan keuntungan instan, dan minimnya pengetahuan membuat masyarakat mudah terjebak. Kurangnya pemahaman tentang perbedaan antara lembaga keuangan resmi dan tidak resmi juga menjadi masalah serius. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah berupaya meningkatkan literasi keuangan, namun jangkauannya masih perlu diperluas, terutama di daerah-daerah terpencil.
Ketidakpercayaan terhadap Lembaga Keuangan
Trauma masa lalu atau berita tentang kasus penipuan yang melibatkan lembaga keuangan resmi maupun ilegal telah menciptakan ketidakpercayaan di sebagian masyarakat. Banyak yang lebih memilih menyimpan uang di bawah bantal daripada di bank. Padahal, bank menawarkan keamanan dan berbagai layanan yang bisa membantu mereka mengelola uang dengan lebih baik.