Ketidakpercayaan ini juga berdampak pada rendahnya partisipasi dalam produk-produk keuangan formal seperti asuransi atau reksa dana. Masyarakat cenderung lebih memilih cara tradisional yang dirasa lebih aman, padahal produk-produk tersebut bisa menjadi alat yang sangat efektif untuk melindungi aset dan merencanakan masa depan.
Kesenjangan Ekonomi dan Tuntutan Kebutuhan
Banyak masyarakat, terutama di kalangan menengah ke bawah, menghadapi tantangan kesenjangan ekonomi dan tuntutan kebutuhan sehari-hari yang mendesak. Seringkali, pendapatan mereka hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok, sehingga tidak ada sisa untuk ditabung atau diinvestasikan. Dalam kondisi ini, literasi keuangan menjadi hal yang sekunder.
Mereka mungkin sadar pentingnya menabung, tetapi realitas ekonomi tidak memungkinkan. Solusinya bukan hanya dengan edukasi, tetapi juga dengan perbaikan ekonomi secara keseluruhan yang bisa meningkatkan pendapatan dan daya beli masyarakat.
Meningkatkan literasi keuangan di Indonesia bukan pekerjaan satu pihak. Ini adalah upaya bersama yang membutuhkan kolaborasi antara pemerintah, lembaga keuangan, pendidik, dan masyarakat. Pemerintah harus mengintegrasikan pendidikan keuangan dalam kurikulum sekolah, lembaga keuangan harus menciptakan produk yang mudah dipahami dan diakses, dan masyarakat perlu proaktif untuk mencari informasi yang valid.