Tampang.com | Jakarta – Warga Cilincing, Jakarta Utara, kini menghadapi masalah lingkungan yang kian serius: penumpukan limbah kulit kerang yang menggunung di sepanjang pesisir. Selama puluhan tahun, limbah ini lazim dibuang ke laut dan pinggir pantai, dengan asumsi akan terkikis secara alami oleh ombak. Namun, asumsi tersebut kini terpatahkan oleh volume produksi kerang hijau yang terus meningkat setiap harinya, baik dalam kondisi mentah maupun matang, di wilayah ini.
Karakteristik Limbah yang Sulit Dibuang Sembarangan
Permasalahan semakin kompleks karena sifat limbah kulit kerang yang tidak dapat dibuang sembarangan, apalagi ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) seperti sampah rumah tangga pada umumnya. Struktur kulit kerang yang keras dan lambat terurai membutuhkan penanganan khusus, yang sayangnya belum tersedia secara memadai di Cilincing. Kondisi ini secara langsung memperparah akumulasi limbah di area pesisir.
Tumpukan Limbah Capai Ketinggian Lima Meter
Saat ini, pemandangan tumpukan limbah kulit kerang di pinggir pantai Cilincing sudah mencapai ketinggian yang mengkhawatirkan, yaitu sekitar lima meter. Ketinggian ini bahkan sudah sejajar dengan tanggul penahan ombak yang ada di sepanjang garis pantai. Fenomena "gunung" limbah ini bukan hanya mengganggu estetika, tetapi juga berpotensi menimbulkan masalah kebersihan dan kesehatan lingkungan bagi warga sekitar.
Harapan Warga akan Solusi Berkelanjutan dan Bernilai Ekonomi
Mul (40), salah seorang warga setempat, menyampaikan harapannya agar pemerintah segera memberikan solusi yang tidak hanya mengatasi penumpukan, tetapi juga memberikan nilai tambah. "Kalau saya sih berharap lebih lagi, solusi bagaimana limbah kerang ini bisa menjadi berharga," ungkapnya saat diwawancarai Kompas.com di lokasi, Senin (26/5/2025). Ia meyakini bahwa limbah tersebut memiliki potensi ekonomi jika dikelola dengan pendekatan yang tepat.