Tampang.com | Garut – Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto akhirnya mengungkapkan identitas korban warga sipil yang tewas dalam insiden ledakan amunisi di Garut, Jawa Barat. Menurut Jenderal Agus, para korban sipil tersebut adalah tukang masak dan pegawai yang bekerja di lokasi pemusnahan amunisi. Pernyataan ini disampaikan Agus menyusul temuan Komnas HAM yang sebelumnya melaporkan adanya 21 orang dipekerjakan untuk membantu proses pemusnahan amunisi afkir TNI dengan upah rata-rata Rp 150.000 per hari.
Bukan Bagian Langsung dari Proses Pemusnahan
Jenderal Agus Subiyanto menegaskan bahwa secara prosedur, TNI tidak melibatkan warga sipil dalam kegiatan pemusnahan bahan peledak yang sudah kedaluwarsa. "Sebenarnya kita tidak melibatkan warga sipil dalam pemusnahan bahan peledak yang sudah expired. Sebenarnya masalah ke sipil itu tukang masak dan pegawai di situ," kata Agus, usai rapat tertutup di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (26/5/2025), menjelaskan peran asli para korban.
Kesalahan Prosedur oleh Kepala Gudang Amunisi
Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Mayor Jenderal Kristomei Sianturi, menambahkan bahwa meskipun sejatinya TNI tidak melibatkan warga sipil dalam proses peledakan, sayangnya terjadi kesalahan prosedur yang dilakukan oleh Kepala Gudang Pusat Amunisi (Kagupusmu), Kolonel Cpl Antonius Hermawan. Kolonel Antonius yang juga menjadi salah satu korban meninggal dari peristiwa ini, diduga melibatkan warga sipil dalam proses peledakan yang sangat berisiko.