Mata uang kripto telah menjadi perbincangan hangat di seluruh dunia, menawarkan inovasi finansial yang menjanjikan. Muncul bayangan gelap berupa praktik kripto ilegal yang semakin marak. Aktivitas ini tidak hanya merugikan investor individu, tetapi juga menimbulkan ancaman serius terhadap stabilitas ekonomi nasional. Berbagai modus operandi ilegal ini memanfaatkan celah regulasi dan minimnya literasi finansial masyarakat, menciptakan risiko sistemik yang tidak bisa diabaikan.
Ancaman Terhadap Integritas Sistem Keuangan
Salah satu dampak paling signifikan dari maraknya kripto ilegal adalah ancaman terhadap integritas sistem keuangan. Kripto ilegal, seperti skema ponzi berkedok investasi kripto atau platform trading yang tidak terdaftar, beroperasi di luar pengawasan otoritas keuangan. Ini membuat pergerakan dana menjadi sulit dilacak, membuka pintu lebar bagi berbagai tindak kejahatan finansial, seperti pencucian uang, pendanaan terorisme, dan penghindaran pajak.
Ketika dana hasil kejahatan dicuci melalui platform kripto ilegal, sistem keuangan konvensional menjadi rentan terhadap penetrasi unsur-unsur kriminal. Hal ini tidak hanya merusak reputasi pasar finansial, tetapi juga mempersulit upaya pemerintah dalam menjaga transparansi dan kepatuhan. Kurangnya regulasi yang ketat dan koordinasi lintas negara dalam melacak transaksi kripto ilegal membuat otoritas kesulitan untuk mengidentifikasi dan menindak pelaku kejahatan, yang pada akhirnya bisa merusak kepercayaan publik terhadap sistem keuangan secara keseluruhan.
Memicu Ketidakstabilan Moneter dan Inflasi
Maraknya kripto ilegal juga dapat memicu ketidakstabilan moneter. Mata uang kripto ilegal, yang seringkali tidak memiliki nilai intrinsik yang jelas dan sangat volatil, bisa menjadi sarana spekulasi yang ekstrem. Arus modal yang keluar masuk dari mata uang fiat (seperti Rupiah) ke dalam kripto ilegal secara besar-besaran dapat memengaruhi nilai tukar mata uang lokal. Jika terjadi eksodus dana dari Rupiah ke aset kripto yang tidak diatur, nilai Rupiah bisa terdepresiasi, yang pada gilirannya dapat memicu inflasi karena harga barang impor menjadi lebih mahal.