Di sisi lain, media sosial juga dapat digunakan sebagai alat untuk memanipulasi opini publik. Taktik seperti penggunaan bot, troll, dan kampanye disinformasi telah digunakan untuk mempengaruhi pandangan politik dan sosial masyarakat. Negara-negara dan kelompok tertentu telah menggunakan media sosial untuk menyebarkan propaganda dan mempengaruhi pemilihan umum di berbagai negara. Kejadian ini menunjukkan bahwa sementara media sosial memiliki potensi besar untuk kebaikan, ia juga dapat disalahgunakan untuk tujuan yang merugikan.
Selain itu, media sosial telah mengubah cara kita mengonsumsi berita dan informasi. Banyak orang sekarang lebih suka mendapatkan berita dari media sosial daripada dari sumber berita tradisional. Ini menciptakan tantangan bagi jurnalisme konvensional yang harus beradaptasi dengan model distribusi yang baru. Namun, ini juga memberikan peluang bagi jurnalis dan organisasi berita untuk menjangkau audiens yang lebih luas dan lebih beragam.
Interaktivitas yang ditawarkan oleh media sosial juga memungkinkan adanya dialog langsung antara pembuat konten dan audiens mereka. Ini dapat memperkuat hubungan antara kedua belah pihak dan menciptakan komunitas yang lebih terlibat. Misalnya, politisi dapat menggunakan media sosial untuk berkomunikasi langsung dengan konstituen mereka, mendengarkan keluhan dan saran, serta menyampaikan kebijakan mereka secara lebih transparan. Demikian pula, selebriti dan tokoh publik dapat menggunakan media sosial untuk berinteraksi dengan penggemar mereka dan membangun citra yang lebih personal.
Media sosial juga telah membuka peluang baru dalam bidang pemasaran dan periklanan. Perusahaan dapat menggunakan platform ini untuk menjangkau konsumen secara langsung, memahami preferensi mereka, dan membangun hubungan yang lebih dekat dengan mereka. Influencer marketing telah menjadi fenomena global, di mana individu dengan pengikut yang banyak di media sosial dapat mempengaruhi keputusan pembelian pengikut mereka.