Korea Utara kembali menjadi pusat perhatian dunia setelah meluncurkan 3 rudal balistik saat Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, melakukan kunjungan ke Korea Selatan. Tindakan provokatif Korea Utara ini menuai kecaman dari banyak pihak, termasuk dari PBB dan negara-negara Barat. Rudal balistik yang ditembakkan oleh Korea Utara ini diketahui jatuh di Laut Jepang, meningkatkan ketegangan di Semenanjung Korea.
Korea Utara, yang dikenal dengan rezim otoriter dan program nuklirnya, tampaknya menggunakan tindakan agresif ini sebagai bentuk demonstrasi kekuatan dan sebagai upaya untuk mengintimidasi negara-negara tetangganya, termasuk Korea Selatan. Langkah ini juga diyakini sebagai respons atas kehadiran Menteri Luar Negeri AS di wilayah tersebut, yang dianggap sebagai ancaman oleh rezim Kim Jong-un.
Sementara itu, Korea Selatan terus memantau perkembangan situasi dengan waspada. Pemerintah Korea Selatan menyatakan bahwa tindakan Korea Utara ini tidak hanya melanggar resolusi PBB, tetapi juga mengganggu perdamaian dan stabilitas regional. Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in, mengecam keras tindakan provokatif yang dilakukan oleh Korea Utara dan menekankan pentingnya kerja sama internasional dalam menangani ancaman tersebut.