Komunitas Penyembuhan Jiwa di Kota Kecil
Banyak dari tempat tinggal ini menawarkan suasana yang mendukung penyembuhan mental. Mereka yang datang ke sana bukan hanya untuk liburan, melainkan untuk menjalani semacam "detoks sosial". Kegiatan yang ditawarkan pun cukup beragam, mulai dari berkemah, memasak bersama, hingga aktivitas spiritual dan diskusi santai.
Yan Bingyi, pendiri salah satu tempat penginapan tersebut, menyebut bahwa dirinya hanya menerima tamu yang menyenangkan untuk menjaga atmosfer tetap positif. Ia rutin menyiapkan makanan rumahan dan mengajak para tamu untuk menikmati kegiatan alam seperti berkemah.
"Kita semua hidup di bawah tekanan sosial yang tidak terlihat, dan semakin berat ketika kita mencapai titik tertentu dalam hidup,” ungkap Yan.
Meski tempatnya menjadi pelarian sementara, Yan berharap para tamu bisa menemukan kembali semangat hidup dan nantinya siap kembali menghadapi dunia nyata tanpa tertekan.
Ekonomi Melemah, Tekanan Meningkat
Fenomena ini tidak bisa dilepaskan dari situasi ekonomi pascapandemi di China. Tingkat pengangguran anak muda kini melonjak lebih dari 15%, tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. Persaingan kerja yang ketat, tekanan untuk terus produktif, serta biaya hidup tinggi di kota-kota besar membuat banyak anak muda merasa "burnout" bahkan sebelum mencapai usia 30.
Kondisi ini mencerminkan perubahan budaya yang signifikan. Bila dulu kesuksesan diukur dari seberapa cepat seseorang naik jabatan atau memiliki penghasilan tinggi, kini banyak generasi muda yang lebih memprioritaskan kesehatan mental, ketenangan batin, dan kualitas hidup.
Mereka tidak lagi ingin mengorbankan kesejahteraan jiwa demi status sosial. Sebaliknya, mereka berani mengambil keputusan besar untuk memutus rutinitas dan mengevaluasi ulang tujuan hidup mereka.