Sore ini aku seakan tak percaya dengan apa yang kualami. Sore tadi, seperti sore-sore sebelumnya, hujan turun lagi. Aku tahu tak boleh membenci hujan, karena justru Dia menurunkan hujan untuk membawa manfaat bagi kita. Nah, sore tadi aku ada sebuah janji yang cukup penting sepulang kerja. Selesai makan siang, aku melihat langit dan berharap bahwa langit akan bersahabat. Aku berharap sore itu cerah mengingat ada janji tersebut. Namun, kenyataan tak bisa dipaksakan juga, kira-kira beberapa saat setelah jam makan siang, hujan pun turun dengan derasnya. Sangat deras malah, lengkap disertai angin kencang dan petirnya. Hmmm, hujan yang sempurna menurutku, sempurna untuk membatalkan janji pentingku dengan client. Beberapa saat sebelum keluar kantor, aku hendak menghubungi client-ku dan membatalkan janji tersebut. Ketika mencari-cari hp-ku, ada telepon masuk. Ternyata itu telepon dari client. Aku kaget dibuatnya. Ternyata, ia sedang ada di area kantorku (baca: area kantorku adalah area yang agak rawan banjir) dan ia paham jika di daerah ini jika hujan cukup sulit akses kendaraan dari luar untuk masuk, untuk itu ia menawarkan diri untuk datang menjemputku. Aku diam beberapa saat, karena selama aku bekerja, itu adalah kali pertama kalinya ada client yang mau menjemputku. Hujan memang sumber rezeki bagi kita, namun kita saja yang sering tidak menyadarinya. Di awal, kupikir jika hujan menghalangi sumber rezekiku, karena aku batal bertemu dengan client. Dia yang mengatur client ku sore itu ada di daerah kantorku. Dia juga yang mengatur sore itu turun hujan. Dia juga yang menggerakkan hati client-ku untuk meneleponku. Ternyata, Dia sudah merancangkan hujan ini justru menjadi rezeki bagiku. Sore itu, aku tinggal duduk manis sambil menunggu client datang menjemputku ke tempat meeting. Sore hujan yang indah.
