Serangan terhadap rombongan diplomat di Pakistan juga melibatkan diplomat-diplomat dari negara-negara lain seperti Ethiopia, Portugal, Kazakhstan, Bosnia dan Herzegovina, Zimbabwe, Rwanda, Turkmenistan, Vietnam, Iran, Rusia, dan Tajikistan. Acara tersebut diselenggarakan oleh Islamabad dan Kamar Dagang Swat untuk mempromosikan industri lokal di kawasan tersebut, termasuk kerajinan tangan dan batu permata.
Pihak berwenang Pakistan menegaskan bahwa tindakan semacam itu tidak akan menghalangi Pakistan dari komitmennya dalam perang melawan terorisme. Namun demikian, tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. Biasanya, aksi kekerasan di Pakistan terkait dengan kelompok Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP), yang memiliki ideologi yang sama dengan Taliban Afghanistan.
Swat Valley merupakan lembah pegunungan yang indah namun juga memiliki sisi gelap dengan sejarah serangan terhadap aktivis pendidikan seperti Malala Yousafzai, yang ditembak di kepala oleh TTP pada tahun 2012. Pakistan juga telah menyaksikan peningkatan serangan yang dramatis sejak Taliban menguasai Kabul pada tahun 2021. Islamabad mengatakan serangan semacam itu dilancarkan dari negara tetangga Afghanistan, meskipun klaim ini dibantah oleh otoritas Taliban.
Situasi di Pakistan menjadi perhatian serius bagi pemerintah dan diplomat Indonesia. Upaya untuk menjaga keamanan dan keselamatan warga negara Indonesia di luar negeri harus tetap menjadi prioritas utama, terutama di negara-negara yang tengah mengalami ketegangan dan konflik internal.
Sebagai negara yang berkomitmen terhadap perdamaian dan keamanan di dunia, Indonesia perlu terus berperan aktif dalam mengupayakan penyelesaian konflik dan memastikan keamanan bagi WNI di negara-negara yang menghadapi situasi sulit. Hal ini juga sejalan dengan semangat diplomasi damai yang telah lama dijunjung tinggi oleh Indonesia di forum internasional.