Pembunuhan dalam keluarga adalah salah satu bentuk kejahatan yang paling mengejutkan dan meresahkan masyarakat. Kejahatan ini tidak hanya menghancurkan keluarga secara fisik tetapi juga menghancurkan ikatan emosional dan kepercayaan yang ada. Memahami motif dan psikologi di balik tindakan ini dapat membantu kita mengenali tanda-tanda peringatan dan mencegah tragedi serupa di masa depan.
Motif di balik pembunuhan dalam keluarga bervariasi, mulai dari masalah keuangan hingga konflik emosional yang mendalam. Salah satu motif yang sering ditemui adalah kekerasan dalam rumah tangga. Dalam kasus ini, korban sering kali mengalami kekerasan fisik atau emosional yang berulang dari pelaku, yang bisa berujung pada pembunuhan ketika situasi mencapai titik didih. Rasa putus asa, ketidakberdayaan, dan kurangnya dukungan sosial sering kali menjadi faktor pendorong tindakan ekstrem ini.
Masalah keuangan juga sering kali menjadi pemicu pembunuhan dalam keluarga. Ketika tekanan ekonomi meningkat, stres dan konflik antara anggota keluarga dapat meningkat. Orang yang merasa terjebak dalam situasi keuangan yang sulit mungkin merasa tidak ada jalan keluar lain selain mengambil tindakan drastis. Dalam beberapa kasus, motif ini bisa digabungkan dengan masalah psikologis seperti depresi atau gangguan kepribadian yang membuat individu lebih rentan terhadap tindakan kekerasan.
Motif lainnya adalah kecemburuan dan perselingkuhan. Rasa cemburu yang berlebihan atau kecurigaan terhadap pasangan dapat memicu tindakan kekerasan yang berujung pada pembunuhan. Kecemburuan ini bisa timbul dari rasa tidak aman, ketidakpercayaan, atau pengalaman trauma masa lalu yang belum terselesaikan. Perselingkuhan juga sering kali menjadi sumber konflik yang intens, yang dalam beberapa kasus dapat mengarah pada kekerasan fatal.