Selain itu, ada anggapan bahwa penjahat cyber hanya mengincar perusahaan besar atau pemerintah. Faktanya, usaha kecil dan menengah (UKM) juga menjadi target yang rentan. Mereka sering kali memiliki sistem keamanan yang kurang kuat dan sumber daya yang terbatas untuk menangani ancaman cyber. Ini membuat mereka menjadi sasaran empuk bagi para penjahat cyber yang mencari celah mudah untuk dieksploitasi.
Dalam konteks pribadi, banyak orang percaya bahwa menggunakan sandi yang kompleks sudah cukup untuk melindungi akun mereka dari ancaman cyber. Meskipun sandi yang kuat memang penting, itu saja tidak cukup. Penggunaan autentikasi dua faktor (2FA) sangat dianjurkan untuk menambah lapisan keamanan tambahan. 2FA memerlukan konfirmasi kedua, biasanya berupa kode yang dikirim ke perangkat lain, sehingga lebih sulit bagi penjahat untuk mengakses akun meskipun mereka mengetahui sandinya.
Fakta menarik lainnya adalah munculnya dark web sebagai pasar gelap bagi aktivitas ilegal di dunia maya. Dark web sering kali disalahartikan sebagai internet gelap yang penuh dengan kejahatan. Meskipun benar bahwa dark web digunakan untuk aktivitas ilegal seperti perdagangan narkoba dan senjata, tidak semua yang ada di dark web bersifat kriminal. Ada juga ruang bagi kebebasan berbicara dan privasi yang tidak dapat ditemukan di internet biasa, terutama di negara dengan sensor ketat.
Penggunaan ransomware adalah salah satu ancaman nyata di era digital. Penjahat cyber menggunakan ransomware untuk mengenkripsi data penting dan menuntut tebusan untuk mengembalikan aksesnya. Ransomware dapat menyerang siapa saja, mulai dari individu hingga perusahaan besar. Banyak kasus di mana korban akhirnya membayar tebusan karena data yang disandera sangat penting bagi operasional mereka. Ini menunjukkan betapa pentingnya backup data secara rutin dan penggunaan solusi keamanan yang canggih untuk mencegah serangan semacam itu.