Aksinya mencuri data rahasia tersebut dilaporkan oleh The Hacker News dikutip pada Jumat (27/12/2024). De Oliveira kemudian mengirim email kepada CEO perusahaan melalui email pada bulan September 2020, menggunakan identitas palsu.
Ia meminta tebusan berupa 300 Bitcoin atau pada saat itu bernilai sekitar US$3,2 juta (Rp 52 miliar) untuk mengembalikan data curian tersebut. Ancaman yang dia berikan telah membuat perusahaan tersebut terancam oleh pemerasan ini.
Ketika perusahaan tidak membayar tebusan, De Oliveira mengancam akan menjual data rahasia perusahaan tersebut. Bulan berikutnya, ia meneruskan pesan tersebut ke pejabat eksekutif lainnya di perusahaan.
Salah satunya, ia menyatakan keinginannya untuk membantu korban mengatasi masalah keamanan di jaringan mereka, tetapi dengan syarat membayar biaya konsultasi sebesar 75 Bitcoin atau pada saat itu sekitar US$800.000 (Rp 13 miliar). Ia juga memberikan instruksi bagaimana melakukan pembayaran ke dompet Bitcoin.