3. Lemak Trans
Lemak trans, yang kerap ditemukan dalam makanan cepat saji dan produk bakery (seperti donat dan croissant instan), mampu meningkatkan kadar kolesterol jahat dan menurunkan kolesterol baik. Selain memicu peradangan dalam tubuh, lemak trans juga mempengaruhi metabolisme secara negatif dan memperbesar kemungkinan terbentuknya lemak perut.
4. Produk Daging Olahan
Sosis, hot dog, dan bacon bukan hanya mengandung lemak jenuh, tetapi juga bahan pengawet dan nitrat yang bisa menimbulkan peradangan. Konsumsi rutin daging olahan dikaitkan dengan meningkatnya risiko penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan obesitas abdominal. Senyawa kimia dalam makanan ini juga membuat proses pencernaan terganggu, sehingga lemak lebih mudah tertimbun.
5. Makanan yang Digoreng
Makanan yang digoreng dalam minyak berulang, seperti kentang goreng, ayam goreng, atau bakwan, mengandung kadar lemak jenuh dan lemak trans yang tinggi. Minyak yang digunakan, umumnya kaya akan omega-6, bisa mempercepat peradangan jika dikonsumsi secara berlebihan. Proses menggoreng juga menghasilkan radikal bebas yang memperparah stres oksidatif dalam tubuh—semuanya berujung pada peningkatan lemak di perut.
6. Alkohol (Khususnya Bir dan Koktail Manis)
Minuman beralkohol dapat mengganggu keseimbangan mikrobiota usus dan memperlambat fungsi hati dalam memetabolisme lemak. Bir dan koktail manis sangat tinggi kalori dan gula, yang dalam jangka panjang memicu penumpukan lemak viseral. Alkohol juga menurunkan kontrol diri seseorang terhadap makanan, sehingga kecenderungan makan berlebihan menjadi lebih besar.
7. Pemanis Buatan
Aspartam, sukralosa, dan berbagai pemanis buatan lainnya sering kali ditemukan dalam produk “rendah kalori” atau “bebas gula.” Meski tampak sehat, pemanis ini bisa mengganggu keseimbangan bakteri baik di usus. Akibatnya, proses metabolisme tubuh menjadi kacau dan dapat meningkatkan rasa lapar, terutama terhadap makanan manis, sehingga konsumsi kalori pun meningkat tanpa disadari.