Tampang.com | Beberapa tahun terakhir, media sosial diwarnai dengan berbagai "tantangan" unik yang diklaim dapat memprediksi kualitas penuaan kita. Mulai dari bangkit dari duduk tanpa menggunakan tangan hingga berdiri satu kaki saat menggosok gigi, tes-tes ini menarik perhatian banyak orang. Namun, benarkah indikator sederhana ini mampu menggambarkan kompleksitas proses penuaan?
Kriteria "menua dengan baik" sebenarnya jauh lebih luas, mencakup kondisi fisik dan psikologis yang sehat, rasa bahagia, serta menemukan makna dan tujuan hidup. Keterlibatan dalam aktivitas sosial dan perhatian pada diri sendiri adalah kunci. Penuaan bukanlah semata-mata soal kekuatan genggaman tangan atau kecepatan berjalan, melainkan perpaduan rumit dari perubahan fisik, kognitif, emosional, dan sosial. Oleh karena itu, tidak ada satu pun tes yang dapat menggambarkan semuanya secara utuh.
Lebih dari Sekadar Kecepatan Berjalan
Secara fisik, kecepatan berjalan sering dianggap sebagai penanda sederhana yang kuat. Sebuah penelitian terkenal menunjukkan bahwa orang yang berjalan lebih cepat dari 1,32 meter per detik memiliki risiko kematian yang lebih rendah dalam tiga tahun berikutnya—bahkan ada yang menyebutnya "terlalu cepat untuk ditangkap malaikat maut". Sebaliknya, kemampuan berjalan yang lebih lambat, di bawah 0,8 meter per detik, bisa menjadi tanda sarkopenia, yaitu berkurangnya massa otot, kekuatan otot, dan fungsi fisik, yang merupakan indikator penting penurunan terkait usia.
Namun, mengukur kecepatan berjalan ini di rumah tidak selalu mudah, dan banyak penelitian memerlukan peralatan khusus seperti dinamometer kekuatan genggaman yang tidak dimiliki setiap dokter.