Makanan tidak sehat sering kali menjadi pilihan yang menggoda bagi banyak orang. Kita semua pernah merasakan dorongan untuk melahap burger berlemak, pizza cheesy, atau makanan manis yang penuh gula, walaupun kita tahu bahwa pilihan tersebut kurang baik untuk kesehatan. Mengapa makanan tidak sehat memiliki daya tarik yang kuat? Di sinilah psikologi makanan berperan penting dalam pola makan kita sehari-hari.
Psikologi makanan adalah studi tentang bagaimana faktor psikologis dan emosional memengaruhi pilihan dan kebiasaan makan individu. Dari segi biologis, tubuh manusia dirancang untuk mencari makanan yang kaya akan kalori. Dalam sejarah, manusia purba harus mencari sumber energi yang cukup untuk bertahan hidup, dan makanan tinggi lemak dan gula menjadi sumber energi cepat yang diinginkan. Makanan tidak sehat biasanya memiliki rasa yang kuat, kaya akan lemak, gula, dan garam, menjadikannya lebih menggugah selera. Para ahli menyebut hal ini sebagai "manis, asin, dan berlemak" yang secara alami menarik perhatian kita.
Salah satu alasan utama mengapa makanan tidak sehat lebih menggoda adalah karena komposisi kimianya. Makanan yang kaya akan gula, misalnya, dapat merangsang pelepasan dopamin di otak, senyawa neurotransmitter yang berhubungan dengan perasaan bahagia dan kepuasan. Ini menjelaskan mengapa kita sering kali merasa senang setelah mengonsumsi makanan manis, menjadikannya pilihan yang diinginkan saat kita merasa stres atau tidak bahagia. Ditambah lagi, makanan tidak sehat sering kali menawarkan pengalaman eating yang lebih memuaskan dibandingkan makanan sehat, yang cenderung memiliki rasa yang lebih netral.