Kualitas tidur bukan sekadar soal jam istirahat yang cukup, tetapi juga melibatkan banyak faktor, mulai dari pola makan hingga kondisi psikologis. Salah satu hal yang sering luput dari perhatian adalah pencahayaan di kamar, terutama warna cahaya lampu yang digunakan sebelum tidur. Padahal, pemilihan warna cahaya dapat berdampak besar terhadap kemampuan tubuh untuk beristirahat secara optimal.
Studi dan pakar kesehatan tidur telah lama meneliti kaitan antara cahaya dan tidur. Artikel ini akan mengulas bagaimana cahaya memengaruhi ritme biologis tubuh, warna lampu mana yang sebaiknya digunakan untuk membantu tidur lebih nyenyak, serta warna yang perlu dihindari agar tidak mengganggu produksi hormon tidur alami.
Kenapa Cahaya Bisa Mempengaruhi Kualitas Tidur?
Tubuh manusia memiliki sistem internal bernama ritme sirkadian, yaitu semacam jam biologis yang mengatur waktu tidur dan bangun. Sistem ini sangat responsif terhadap cahaya. Saat pagi tiba dan cahaya alami masuk ke mata, tubuh akan merespons dengan meningkatkan kewaspadaan dan menghentikan produksi hormon melatonin—hormon yang membuat kita merasa mengantuk.
Sebaliknya, saat malam tiba dan lingkungan mulai gelap, tubuh mulai memproduksi melatonin dalam jumlah yang lebih tinggi, memberi sinyal bahwa waktunya untuk tidur. Sayangnya, paparan cahaya buatan di malam hari, terutama dari lampu dengan spektrum tertentu atau dari layar gawai, bisa mengacaukan sistem ini.
Menurut SleepFoundation, cahaya terang dan terutama cahaya biru dari layar ponsel, televisi, dan lampu LED bisa menghambat produksi melatonin. Akibatnya, tubuh menjadi lebih sulit merasa kantuk meski sudah larut malam.
Namun demikian, cahaya juga bisa dimanfaatkan sebagai bagian dari terapi cahaya, sebuah metode yang digunakan untuk membantu orang yang mengalami gangguan tidur, jet lag, depresi musiman, hingga insomnia. Terapi ini bekerja dengan cara mengatur ulang ritme sirkadian melalui paparan cahaya buatan di waktu tertentu.